Sabtu, 22 Juni 2013

PEMBAHARU SWIS

Dalam memilih alat-alat pembaharuan gereja, rencana ilahi yang sama terlihat dalam penanaman dan pengembangan jemaat. Guru Surgawi itu diabaikan oleh orang-orang besar dunia, orang-orang kaya dan orang-orang bertitel, yang sudah terbiasa menerima pujian dan penghormatan sebagai pemimpin bangsa. Mereka begitu sombong dan angkuh dalam superioritas kebanggaan mereka, sehingga mereka tidak bisa diarahkan untuk bersimpati kepada sesama manusia dan menjadi teman kerja "Orang Nasaret" yang rendah hati itu. Kepada orang-orang yang tidak terpelajar, para nelayan Galilea yang bekerja keras, panggilan diberikan, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." ( Matius 4:19 ). Murid-murid ini rendah hati dan dapat diajar. Semakin sedikit mereka dipengaruhi oleh ajaran-ajaran palsu pada zamannya, semakin berhasil mereka diajar dan dilatih oleh Kristus bagi pelayanannya. Demikian juga halnya pada zaman Pembaharuan. Pembaharu-pembaharu terkemuka adalah orang-orang yang hidupnya sederhana, -- orang-orang yang hidupnya jauh dari kesombongan kedudukan, dan dari pengaruh kefanatikan dan keimaman. Adalah rencana Allah untuk menggunakan alat-alat yang sederhana untuk mencapai hasil-hasil yang besar. Kemudian kemuliaan tidak akan diberikan kepada manusia itu, tetapi kepada-Nya yang bekerja melalui mereka yang melakukan kemauan-Nya.
Beberapa minggu setelah Luther lahir digubuk buruh tambang di Saxony, Ulric Zwingle telah lahir di pondok gembala diantara pegunungan Alpen. Lingkungan Zwingle pada masa kanak-kanak dan pendidikan pertamanya adalah sedemikian rupa sehingga mempersiapkan dirinya kepada misinya dikemudian hari. Karena dibesarkan ditengah-tengah kebebasan dan keindahan pemandangan alam, dan keagungan yang menakjubkan, pikirannya telah terkesan dengan rasa kebesaran, kuasa dan keagungan Allah. Sejarah perbuatan-perbuatan berani yang dicapai dinegerinya di daerah pegunungan telah menyalakan aspirasi kemudaannya. Dan dari neneknya yang saleh ia mendengar beberapa cerita-cerita Alkitab berharga yang telah dikumpulkan menggantikan cerita-cerita legenda dan tradisi gereja. Dengan penuh perhatian ia mendengarkan cerita tentang perbuatan-perbuatan besa para bapa dan para nabi, dan tentang para gembala yang menjaga kawanan ternaknya dibukit-bukit Palestina di mana malaikat-malaikat berbicara dengan mereka tentang Bayi Betlehem dan tentang Orang Golgota.
Seperti John Luther, ayah Martin Luther, ayah Zwingle juga menginginkan suatu pendidikan bagi anaknya. Lalu ia mengirimkan anak itu kesekolah diluar kampung halamannya di lembah itu. Pikiran anak muda ini berkembang cepat sehingga timbul masalah mendapatkan seorang guru yang berkompeten mengajarnya. Pada usia tiga belas tahun ia pergi ke Bern, dimana terdapat sekolah yang paling terkenal di Swis. Namun, disini timbulah suatu bahaya yang mengancam janji hidupnya. Usaha-usaha keras dilakukan oleh para biarawan untuk memikatnya memasuki biara. Para biarawan Dominika dan Francisca saling bersaing untuk menarik perhatian. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan gereja-gereja mereka yang dihiasi, pertunjukan acara-acara mereka dan penarikan benda-benda kuno dan patung-patung yang membuat mujizat.
Para biarawan Dominika Bern melihat bahwa jika mereka dapat memenangkan pemuda berbakat ini, mereka akan mendapat keuntungan dan kehormatan. Usianya yang masih sangat muda, kemampuan alamiahnya sebagai pembicara dan penulis, kecerdasannya yang luar biasa dalam musik dan puisi, akan lebih efektif dai semua pertunjukan dan peragaan untuk menarik orang-orang mengunjungi kebaktian dan sekaligus meningkatkan pemasukan uang bagi ordo mereka. Dengan tipuan dan pujian yang berlebih-lebihan mereka berusaha membujuk Zwingle memasuki biara mereka. Luther, pada waktu ia masih sekolah, telah membenamkan dirinya diruangan biara. Ia pasti sudah hilang dari dunia ini seandainya pemeliharaan Allah tidak melepaskannya. Zwingle tidak diizinkan untuk menemui bahaya yang sama. Secara kebetulan ayahnya menerima informasi mengenai rencana para biarawan itu. Ia tidak berencana untuk mengizinkan anaknya untuk mengikuti jalan hidup biarawan, yang malas dan tak berguna itu. Ia melihat bahwa kegunaannya dihari depan terancam, sehingga ia menyuruh Zwingle segera pulang.
Perintah ayahnya itu dituruti. Tetapi pemuda ini tidak berapa lama bisa sabar tinggal di kampung halamannya di lembah itu. Ia segera meneruskan sekolahnya ke Basel setelah beberpa lama kemudian. Disinilah Zwingle untuk pertama sekali mendengar Injil rahmat Allah yang diberikan dengan cuma-cuma. Seorang guru bahasa-bahasa kuno, bernama Wittenbach, telah dituntun kepada Alkitab pada waktu ia mempelajari bahasa-bahasa Yunani dan Iberani. Dan dengan demikian sinar-sinar terang ilahi telah dipancarkan kedalam pikiran siswa-siswa yang diajarnya. Ia menyatakan bahwa ada satu kebenaran yang lebih tua dan yang lebih berharga daripada teori-teori yang diajarkan oleh para guru dan para ahli filsafat. Kebenaran tua ini ialah bahwa kematian Kristus adalah tebusan orang-orang berdosa satu-satunya. Bagi Zwingle perkataan ini bagaikan sinar terang pertama yang mendahului fajar.
Tidak lama kemudian Zwingle dipanggil dari Basel untuk memasuki pekerjaan hidupnya. Ladang tempat bertugasnya yang pertama ialah di salah satu paroki di Alpine, tidak jauh dari kampung halamannya di lembah. Setelah ia menerima pengurapan sebagai imam, ia "membaktikan dirinya dengan segenap jiwanya untuk menyelidiki kebenaran ilahi, karena ia sepenuhnya menyadari," kata seorang teman pembaharu, "betapa ia harus tahu kepada siapa kawanan domba Kristus dipercayakan." -- Wylie, b. 8, ch. 5. Semakin ia menyelidiki Alkitab, semakin jelas tampak perbedaan antara kebenaran-kebenaran Alkitab dengan penyelewengan-penyelewengan Roma. Ia menerima Alkitab sebagai firman Allah, sebagai satu-satunya peraturan yang sempurna dan mutlak. Ia melihat bahwa firman itu menerangkan tentang dirinya sendiri. Ia tidak berani mencoba menerangkan Alkitab untuk mempertahankan ajaran-ajaran dan teori-teori yang sudah diprakondisi sebelumnya. Tetapi mengambil sebagai tugasnya untuk mempelajari apa ajarannya yang langsung dan nyata. Ia berusaha menyediakan dirinya menjadi penolong untuk memberikan pengertian yang penuh dan benar tentang artinya, dan memohon pertolongan Roh Kudus, yang ia katakan akan menyatakannya kepada semua orang yang mencarinya dengan sungguh-sungguh dan dengan doa.
"Alkitab itu," kata Zwingle, "datang dari Allah, bukan dari manusia, dan bahkan Allah, yang menerangi itu, akan memberikan kepadamu pengertian bahwa perkataan itu datang dari Allah . . . tidak bisa gagal. Firman itu terang, mengajarkan sendiri, menyatakan dirinya sendiri. Ia menerangi jiwa dengan semua keselamatan dan rahmat kasih karunia, menghiburkan jiwa itu didalam Tuhan, melembutkannya, sehingga menyangkali bahkan menghilangkan diri sendiri dan merangkul Allah." -- Wylie, b. 8, ch. 6. Kebenaran firman ini telah dibuktikan sendiri oleh Zwingle. Berbicara mengenai pengalamannya pada waktu ini, ia kemudian menulis, "Ketika . . . aku mulai menyerahkan diriku seluruhnya kepada Alkitab yang suci, falsafah dan teologi selalu mengundang pertentangan dalam aku. Akhirnya saya datang kepada pemikiran ini, 'Engkau harus menganggap itu semua sebagai kebohongan, dan mempelajari arti Allah semata-mata dari firman-Nya yang sederhana.' Kemudian saya mulai memohon kepada Allah terang-Nya, dan Alkitab itu mulai lebih mudah saya mengerti." -- Idem, b. 8, ch. 6.
Doktrin yang diajarkan oleh Zwingle tidak diterimanya dari Luther. Doktrin itu adalah doktrin Kristus. "Jikalau Luther mengkhotbahkan Kristus," kata Pembaharu Swis itu, "ia melakukan apa yang sedang saya lakukan. Mereka yang telah dibawanya kepada Kristus jauh lebih banyak daripada mereka yang saya tuntun. Tetapi ini tidak menjadi soal. Saya tidak akan membawa nama lain selain Kristus, yang saya adalah laskar-Nya dan Dia adalah satu-satunya pemimpinku. Belum pernah sepatah katapun kutuliskan kepada Luther, atau oleh Luther kepada saya. Dan mengapa? . . . Agar hal itu menunjukkan betapa Roh Alah adalah satu, oleh karena keduanya kami, tanpa persekongkolan, telah mengajarkan doktrin Kristus dengan cara yang sama." -- D'Aubigne, b. 8, ch. 9.
Pada tahun 1516, Zwingle telah diundang menjadi pengkhotbah di biara di Einsiedeln. Disini ia dapat melihat lebih dekat kebejatan Roma, dan berusaha menanamkan pengaruhnya sebagai Pembaharu, yang dapat dirasakan jauh diluar kampung halamannya Alpen. Salah satu yang paling menarik perhatian di Einsiedeln ialah patung Anak Dara, yang dikatakan mempnyai kuasa membuat mujizat-mjizat. Diatas gerbang biara ada tulisan, "Disini dapat diperoleh pengampunan dosa yang sempurna." -- D'Aibigne, b. 8, ch. 5. Sepanjang masa para musafir berdatangan ketempat pemujaan Anak Dara ini. Tetapi pada perayaan besar tahunan, penahbisannya, orang banyak datang dari berbagai bagian Swis, dan bahkan dari Perancis dan Jerman. Zwingle merasa sangat susah melihat hal ini, lalu menggunakan kesempatan itu untuk mengumumkan pembebasan melalui Injil bagi orang-orang yang diperbudak oleh ketakhyulan ini.
"Jangan kamu sangka," katanya, "bahwa Allah hanya ada di dalam tempat pemujaan ini dan tidak ada ditempat lain. Negara mana sajapun tempat kamu tinggal, Allah ada disekitarmu, dan mendengarkan kamu . . . . Dapatkah pekerjaan sia-sia, pengembaraan berziarah yang jauh, persembahan-persembahan, pemanggilan Anak Dara atau orang-orang kudus memberikan rahmat kasih karunia Allah kepadamu? . . . Apakah manfaatnya kata-kata yang banyak yang kita tuangkan dalam doa-doa kita? Kemanjuran apakah yang dimiliki oleh mantel pendeta yang mengkilap, topi runcing, jubah yang panjang atau sandal yang bersulam emas? . . . Allah melihat pada hati, dan hati kita jauh dari pada-Nya." "Kristus ," katanya, "yang sekali telah dikorbankan di kayu salib, adalah persembahan dan korban, yang telah menyelesaikan dosa-dosa orang percaya sampai zaman kekalan." -- Idem, b. 8, ch. 5.
Pengajaran ini tidak diterima oleh banyak pendengar. Adalah suatu yang mengecewakan kepada mereka mengatakan bahwa perjalanan mereka yang dengan susah payah itu adalah kesia-siaan. Mereka tidak dapat memahami pengampunan yang diberikan dengan cuma-cuma kepada mereka melalui Kristus. Mereka telah puas mencari Surga dengan cara lama yang telah ditentukan oleh Roma bagi mereka. Mereka menghindarkan diri dari kebingungan menyelidiki sesuatu yang lebih baik. Adalah lebih mudah mempercayakan keselamatan kepada imam-imam dan kepada paus daripada mencari kesucian hati.
Tetapi kelompok lain menerima dengan gembira berita penebusan melalui Kristus. Upacara-upacara yang diperintahkan oleh Roma telah gagal memberikan kedamaian jiwa, dan dengan iman mereka menerima darah Juru Selamat sebagai perdamaian mereka. Orang-orang ini kembali kekampung halamannya dan menyatakan kepada orang-orang lain terang berharga yang mereka telah terima. Dengan demikian terang kebenaran itu telah dibawa dari satu desa ke desa lain, dan dari satu kota ke kota lain. Orang-orang musafir peziarah ke tempat pemujaan Anak Dara berkurang dengan drastis. Dampaknya terjadi penurunan uang persembahan, dan sebagai akibatnya berkurang gaji Zwingle yang diperoleh dari persembahan itu. Akan tetapi ia bersukacita karena melihat bahwa kuasa kefanatikan dan ketakhyulan sedang hancur.
Para penguasa gereja tidak buta terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Zwingle, tetapi untuk sementara mereka bersabar untuk tidak mengganggunya. Mereka masih mengharapkan Zwingle untuk kepentingan mereka, sehingga mereka berusaha memenangkannya dengan bujukan dan pujian-pujian. Dan sementara itu kebenaran telah memasuki hati orang-orang.
Pekerjaan Zwingle di Einsiedeln telah mempersiapkannya untuk suatu ladang yang lebih luas yang segera akan ia masuki. Setelah tiga tahun disini, ia telah dipanggil untuk menduduki jabatan pengkhotbah di katedral di Zurich. Zurich kemudian menjadi kota terpenting di konferderasi Swis, dan pengaruh yang dikembangkan disini akan dirasakan secara luas. Para rohaniawan, yang mengundangnya datang ke Zurich, sebenarnya ingin mencegah sebarang pembaharuan; dan oleh sebab itu mereka mulai menginstruksikan kepadanya apa-apa yang menjadi tugasnya.
"Engkau harus mengerahkan seluruh tenaga," kata mereka, "untuk mengumpulkan pendapatan dari semua kelompok tanpa mengabaikan yang paling kecil. Engkau harus mendorong mereka yang setia, baik dari mimbar maupun dalam pengakuan dosa, untuk membayar semua persepuluhan dan iuran, dan menunjukkan kasih sayang mereka kepada gereja oleh persembahan mereka. Engkau harus rajin meningkatkan pendapatan dari orang-orang sakit, dari upacara misa dan pada umumnya dari setiap peraturan yang bersangkutan dengan gereja dan para ulama." "Mengenai pelaksanaan sakramen, berkhotbah dan penggembalaan umat-umat," para intrukturnya menambahkan, "ini juga adalah tugas pendeta. Tetapi untuk ini engkau boleh mempekerjakan seorang pengganti, terutama dalam berkhotbah. Engkau melaksanakan sakramen hanya kepada orang-orang terkenal, itupun kalau mereka memanggil. Engkau dilarang melaksanakannya tanpa membedakan orang-orang." -- D'Aubigne, b. 8, ch. 6.
Zwingle mendengar tugas-tugas ini dengan diam. Dan dalam jawabannya setelah mengucapkan rasa syukurnya atas panggilannya kepada pos penting ini, ia mulai menerangkan rencana yang ia usulkan untuk dijalankan. "Hidup Kristus telah terlalu lama disembunyikan dari umat manusia," katanya. "Saya akan mengkhotbahkan seluruh Injil Matius, . . . yang seluruhnya diambil dari mata air Alkitab, mengukur kedalamannya, membandingkan satu alinea dengan alinea lainnya, dan berusaha memahaminya oleh doa yang sungguh-sungguh dan terus menerus. Saya akan mengabdikan pelayanan saya kepada kemuliaan Allah , kepada puji-pujian kepada Anak-Nya yang Tunggal, kepada keselamatan jiwa-jiwa yang sesungguhnya, dan kepada pembangunan mereka dalam iman yang benar." -- Idem, b. 8, ch. 6. Walaupun sebagian dari para ulama itu tidak menyetujui rencana ini, dan berusaha mencegahnya untuk dilakukan, Zwingle tetap pada pendiriannya. Ia mengatakan bahwa ia tidak memperkenalkan metode baru, tetapi metode lama yang digunakan oleh gereja pada zaman yang lebih dahulu dan yang lebih murni.
Suatu minat telah timbul pada kebenaran yang diajarkannya. Orang-orang sangat banyak berkumpul mendengarkan khotbahnya. Banyak diantara para pendengar adalah orang-orang yang sudah lama tidak menghadiri upacara perbaktian. Ia memulai pelayanannya dan membuka Injil, dan membacanya dan menerangkannya kepada para pendengarnya berita kehidupan itu, pengajaran dan kematian Kristus. Disini, sebagaimana juga di Einsiedeln, ia menyampaikan firman Allah sebagai satu-satunya kuasa mutlak, dan kematian Kristus sebagai satu-satunya korban yang sempurna. Ia berkata, "Saya ingin menuntun kamu sekalian kepada kristus -- kepada Kristus, sumber keselamatan yang benar." -- Idem, b. 8, ch. 6. Disekeliling pengkhotbah itu berkerumun orang-orang dari segala lapisan -- para negarawan dan cendekiawan, para pekerja dan petani. Mereka mendengarkan kata-kata Zwingle dengan perhatian yang mendalam. Ia bukan saja mengumumkan untuk memberikan keselamatan dengan cuma-cuma, tetapi tanpa gentar mencela kejahatan dan kebejatan pada zaman itu. Banyak yang pulang dari katedral memuji Tuhan. "Orang ini," kata mereka, "adalah pengkhotbah kebenaran. Ia adalah Musa kita, yang memimpin kita keluar dari kegelapan Mesir ini." -- Idem, b. 8, ch. 6.
Akan tetapi walaupun pada mulanya pekerjaannya telah diterima dengan semangat yang tinggi, perlawanan timbul setelah beberapa lama waktunya. Para biarawan menghalang-halangi usahanya dan mencela ajaran-ajarannya. Banyak yang menyerangnya dengan ejekan dan cemoohan; yang lain bertindak kurang ajar dan mengancam. Tetapi Zwingle menanggung semuanya dengan sabar, dan berkata, "Jikalau kita ingin memenangkan orang jahat kepada Kristus, kita harus menutup mata kita terhadap banyak hal." -- Idem, b. 8, ch. 6.
Kira-kira pada waktu ini seorang anggota baru tampil untuk memajukan pekerjaan pembaharuan. Seorang anggota ordo Lucian telah dikirim ke Zurich dengan membawa beberapa tulisan-tulisan Luther oleh seorang sahabat di Basil, yang imannya telah dibaharuai. Ia menyarankan bahwa dengan menjual buku-buku ini mungkin akan menjadi satu alat ampuh untuk menyebarkan terang kebenaran itu. "Pastikan," ia menulis kepada Zwingle, "apakah orang ini cukup bijaksana dan trampil; jika demikian, biarkanlah ia menjual dari kota ke kota, dari desa ke desa dan bahkan dari rumah ke rumah orang-orang Swis, karya-karya Luther, terutama pembahasannya atas Doa Tuhan Yesus, yang ditulis untuk orang awam. Semakin banyak yang mengetahui, semakin banyak pembeli yang ditemukan." -- Idem, b. 8, ch. 6. Demikianlah terang kebenaran memperoleh jalan masuk.
Pada waktu Allah bersiap-siap mematahkan belenggu kebodohan dan ketakhyulan, maka pada waktu itu Setan bekerja keras untuk menyelubungi manusia didalam kegelapan dan belenggunya lebih kuat lagi. Ketika manusia bangkit di berbagai negeri untuk menyatakan kepada orang-orang pengampunan dan pembenaran melalui darah Kristus, Roma tampil dengan kekuatan yang diperbaharui untuk membuka pasar diseluruh dunia Kekritenan yang memberikan pengampunan dengan uang.
Setiap jenis dosa mempunyai tarif masing-masing, dan kepada orang-orang diberikan surat izin untuk melakukan kejahatan, asal peti perbendaharaan gereja diisi penuh. Demikianlah kedua gerakan itu bersaing maju: -- yang satu memberi pengampunan melalui uang, yang satu lagi pengampunan melalui darah Kristus. Roma memberi lisensi untuk berbuat dosa, dan membuatnya sumber pendapatannya, dan para Pembaharu mencela dosa, dan menunjuk kepada Kristus sebagai perdamaian dan penyelamat.
Di Jerman, penjualan surat pengampunan dosa telah diserahkan kepada para biarawan ordo Dominika, dan telah dilaksanakan oleh Tetzel yang keji itu. Di Swis pengedarannya diserahkan kepada para biarawan ordo Fransiskus, dibawah pengawasan Samson, seorang biarawan bangsa Italia. Samson telah melakukan pelayanan yang baik kepada gereja, dengan mengumpulkan sejumlah besar uang dari Jerman dan Swis untuk mengisi perbendaharaan kepausan. Sekarang ia menjelajahi seluruh Swis menarik perhatian banyak orang, merampas petani-petani miskin yang hanya berpenghasilan sedikit, dan mengeruk pemberian-pemberian mewah dari orang-orang kaya. Tetapi pengaruh pembaharuan telah terasa dapat mengurangi penjualan surat pengampunan dosa walaupun tidak dapat menghentikannya. Zwingle masih berada di Einsiedeln pada waktu Samson tiba dengan dagangannya di kota yang berdekatan, segera setelah ia memasuki Swis. Menyadari akan misinya, Pembaharu itu segera berusaha menentangnya. Keduanya tidak bertemu, tetapi Zwingle berhasil membuka kedok biarawan angkuh itu sehingga ia terpaksa meninggalkan tempat itu pergi kedaerah lain.
Di Zurich, Zwingle berkhotbah dengan bersemangat menentang perdagangan surat pengampunan dosa. Dan pada waktu Samson mendekati tempat itu, ia telah dijumpai oleh seorang utusan konsili, dengan suatu pemberitahuan bahwa ia harus segera meninggalkan tempat itu. Ia akhirnya dapat masuk dengan siasat licik, tetapi ia meninggalkan tempat itu tanpa menjual satupun surat pengampunan dosa. Segera sesudah itu ia meninggalkan Swis.
Gerakan pembaharuan mendapat dorongan kuat dengan terjadinya wabah atau yang disebut "kematian hebat" yang melanda Swis pada tahun 1519. Sementara manusia berhadapan muka dengan muka dengan pembinasa, banyak yang merasa betapa sia-sianya dan tidak bergunanya surat pengampunan dosa yang baru saja mereka beli. Mereka merindukan landasan iman yang lebih pasti. Zwingle di Zurich diserang penyakit. Ia menderita begitu parah sehingga tidak ada harapan untuk sembuh. Bahkan laporan yang tersebar luas mengatakan bahwa ia telah meninggal. Pada saat yang kritis itu, pengharapan dan keberaniannya tetap tidak goyah. Ia memandang dalam iman kepada salib di bukit Golgota, dan mempercayai pendamaian yang sempurna bagi dosa. Setelah ia terlepas dari bahaya maut itu, ia mengkhotbahkan Injil dengan semangat yang lebih berapi-api dari sebelumnya. Kata-katanya mengandung kuasa yang luar biasa. Orang-orang menyambut dengan sukacita, pendetanya yang kembali dari tepi liang kubur kepada mereka. Mereka sendiri baru kembali dari menolong orang sakit dan yang hampir mati. Mereka merasakan manfaat Injil seperti yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Zwingle telah sampai kepada pengertian kebenaran yang lebih jelas, dan telah mengalami lebih sempurna kuasa membaharui kebenaran itu. Kejatuhan manusia dan rencana penebusan adalah pokok-pokok penting diatas mana ia tinggal. "Di dalam Adam," katanya, "kita semua mati, tenggelam dalam kebejatan dan kutuk." -- Wylie, b. 8, ch. 9. "Kristus, . . . telah membeli penebusan kekal bagi kita . . . . Penderitaan-Nya adalah . . . pengorbanan kekal, dan yang selamanya dapat menyembuhkan. Pengorbanan itu memenuhi keadilan ilahi selama-lamanya demi kepentingan semua yang bergantung kepada-Nya, dengan iman yang teguh dan tidak goyah." Namun demikian ia dengan jelas mengajarkan bahwa manusia, karena kemurahan Kristus, tidak bebas untuk terus berbuat dosa. "Dimana saja ada iman kepada Allah, disitu Allah ada. Dan dimana saja Allah tinggal, disitu ada semangat yang mendorong dan mendesak manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan baik." -- D'Aubigne, b. 8, ch. 9.
Begitu luas perhatian terhadap khotbah Zwingle sehingga katedral melimpah dipenuhi orang banyak yang datang untuk mendengarkannya. Sedikit demi sedikit, semampu mereka mendengar, ia membukakan kebenaran itu kepada para pendengar. Ia berhati-hati, pada mulanya, untuk tidak memperkenalkan pokok-pokok ajaran yang dapat mengejutkan dan menimbulkan prasangka. Pekerjaannya ialah memenangkan hati mereka kepada ajaran-ajaran Kristus, dan untuk melembutkan hati itu dengan kasih-Nya, serta menunjukkan teladan-Nya dihadapan mereka. Dan sementara mereka menerima prinsip-prinsip Injil, praktek-praktek dan kepercayaan ketakhyulan mereka akan dibuang.
Selangkah demi selangkah Pembaharuan itu maju di Zurich. Dalam ketakutan musuh-musuh pembaharuan bangkit menentang dengan gigih. Setahun sebelumnya, biarawan Wittenberg telah mengatakan "Tidak" kepada paus dan kaisar di Worms, dan sekarang ada tanda-tanda bahwa perlawanan yang sama terhadap tuntutan kepausan akan terjadi di Zurich. Berulang-ulang Zwingle mendapat serangan. Di daerah-daerah kepausan, dari waktu ke waktu murid-murid Injil dibawa ke tiang gantungan. Tetapi ini belum cukup. Guru bida'ah itu sendiri harus dibungkam. Oleh sebab itu uskup dari Constance mengutus tiga orang deputi ke Konsili Zurich, menuduh Zwingle mengajar orang-orang untuk melanggar hukum-hukum gereja, dengan demikian membahayakan perdamaian dan ketertiban masyarakat. Ia mengatakan, jikalau wewenang gereja dikesampingkan, akibatnya akan timbul anarki dimana-mana. Zwingle menjawab bahwa ia telah empat tahun mengajarkan Injil di Zurich, "yang telah lebih tenang dan lebih damai dari kota-kota lain di konfederasi ini." "Bukankah," katanya, "Kekristenan adalah pengawal keamanan umum?" -- Wylie, b. 8, ch. 11.
Para deputi itu menasihatkan para anggota konsili untuk tetap bertahan didalam gereja, karena diluar itu, seperti yang mereka nyatakan, tidak ada keselamatan. Zwingle berespons, "Jangan biarkan tuduhan ini menggoncangkan kamu. Dasar gereja adalah Batu yang sama, Kristus yang sama, yang memberikan nama kepada Petrus oleh karena ia mengakui-Nya dengan jujur. Dari segenap bangsa, barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan segenap hati akan diterima oleh Allah. Inilah sebenarnya gereja itu, yang diluar ini tak seorangpun dapat selamat." -- D'Aubigne, b. 8, ch. 11 (London ed.). Sebagai hasil dari pertemuan itu, salah seorang deputi uskup menerima iman yang dibaharui itu.
Konsili menolak mengambil tindakan terhadap Zwingli. Oleh sebab itu Roma bersiap-siap mengadakan serangan baru . Setelah mengetahui rencana jahat musuh-musuhnya, Pembaharu itu berseru, "Biarlah mereka datang; saya menakuti mereka sebagai sebuah gunung batu menghadapi pukulan ombak dikakinya." -- Wylie, b. 8, ch. 11. Usaha para pemuka agama, yang tadinya dimaksudkan untuk menggulingkan pembaharuan, justru memajukan reformasi itu sendiri. Kebenaran itu terus tersebar. Di Jerman, para pengikut pembaharuan yang putus asa oleh karena menghilangnya Luther, kembali bersemangat ketika mereka melihat kemajuan Injil di Swis.
Pada waktu Pembaharuan menjadi kuat di Zurich, buah-buahnya nampak lebih jelas dengn menurunnya angka kejahatan, meningkatnya ketertiban dan keharmonisan. "Kedamaian mendiami kota kita," tulis Zwingle, "tidak ada pertengkaran, tidak ada kemunafikan, tidak ada kecemburuan, tidak ada perselisihan. Dari mana datangnya persatuan seperti itu kalau bukan dari Tuhan dan dari ajaran kita, yang memenuhi kita dengan buah-buah perdamaian dan kesalehan?" -- Wylie, b.8, ch. 15.
Kemenangan-kemenangan yang diperoleh Pembaharuan menggerakkan para pengikut Romanisme untuk lebih meningkatkan usahanya untuk meruntuhkan pembaharuan itu. Memperhatikan betapa sedikit yang dihasilkan penganiayaan dalam menekan pekerjaan Luther di Jerman, maka mereka memutuskan untuk menghadapi pembarauan itu dengan senjatanya sendiri. Mereka akan mengadakan perdebatan dengan Zwingle, dan mengatur segala sesuatu yang perlu untuk itu. Mereka mengatur sedemikian rupa untuk memastikan kemenangan oleh menentukan sendiri tempat perdebatan dan para hakim yang harus memutuskan siapa pemenang dari para pedebat. Dan jikalau seandainya mereka bisa sekali memasukkan Zwingle kedalam kekuasaan mereka, mereka tidak akan melepaskannya lagi. Pemimpin itu akan diam dan pergerakan itupun akan dapat ditumpas dengan cepat. Rencana ini dengan cermat dirahasiakan.
Perdebatan itu ditentukan akan dilaksanakan di Baden. Tetapi Zwingle tidak hadir. Konsili Zurich mencurigai rencana pengikut kepausan itu dan diamarkan oleh tumpukan kayu yang telah disulut diwilayah kepausan bagi pengaku Injil. Lalu konsili melarang pendeta mereka untuk menampakkan diri kepada bahaya itu. Di Zurich ia telah siap sedia untuk bertemu dengan semua pendukung Roma yang mungkin dikirim. Tetapi untuk pergi ke Baden, dimana darah para syuhada baru saja dicurahkan demi kebenaran, adalah seperti pergi kepada suatu kematian tertentu. Oecolampadius dan Haller telah dipilih untuk mewakili para Pembaharu, sementara Dr. Eck yang terkenal, didukung oleh sekelompok para doktor dan pejabat-pejabat tinggi gereja, mewakili pihak Roma.
Meskipun Zwingle tidak hadir pada pertemuan itu, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Semua sekretaris dipilih oleh pengikut kepausan, dan orang-orang lain diancam akan disiksa atau dihukum kalau berani membuat catatan. Meskipun begitu, Zwingli setiap hari menerima laporan yang jujur mengenai apa yang dikatakan di Baden. Seorang mahasiswa yang menghadiri perdebatan itu membuat catatan setiap malam mengenai argumentasi yang diadakan pada hari itu. Catatan-catatan ini, bersama surat harian Oecolampadius diserahakan kepada dua orang mahasiswa lain untuk disampaikan kepada Zwingle di Zurich. Pembaharu itu memberi jawaban, nasihat dan usulan-usulan. Surat-suratnya ditulis pada malam hari, dan surat itu dibawa oleh mahasiswa-mahasiswa yang kembli ke Baden pada pagi harinya. Untuk mengelabui ketatnya penjagaan dipintu gerbang kota, jurukabar-jurukabar ini membawa keranjang berisi ayam diatas kepala mereka, dan dengan demikian mereka diizinkan lewat tanpa rintangan.
Demikianlah Zwingle mempertahankan perlawanan terhadap lawan-lawannya yang licik. "Ia telah bekerja lebih keras," kata Myconius, "dengan bermeditasi, tidak tidur pada malam hari, menuliskan nasihat yang diteruskan ke Baden, dibandingkan seadainya ia bisa mendiskusikannya sendiri ditengah-tengah musuh-musuhnya." -- D'Aubigne, b. 11, ch. 13.
Para pengikut Romanisme, dengan mengharap akan menang, mereka datang ke Baden dengan berpakaian yang mewah-mewah dan mahal-mahal, dengan permata yang berkilau-kilauan. Makanan mereka serba luks, mejanya penuh dengan makanan yang mahal-mahal, dengan anggur pilihan. Beban keutamaan mereka diperringan oleh kegembiraan dan pesta pora. Perbedaan yang nyata terlihat pada para Pembaharu, yang tampak kepada orang-orang sedikit lebih baik daripada sekelompok pengemis, yang dengan makanannya yang sangat sederhana membuat mereka tidak perlu lama-lama di meja makan. Kadang-kadang Oecolampadius diamati oleh tuan tanahnya didalam kamarnya. Ia didapati terus belajar atau berdoa, dan sangat heran, dilaporkan bahwa orang bida'ah paling sedikit "sangat saleh."
Pada pertemuan itu, "Eck dengan angkuhnya naik ke mimbar yang telah dihiasi dengan indahnya, sementara Oecolampadius yang berpakaian sederhana, telah dipaksa duduk di atas bangku yang diukir dengan kasar, tepat dihadapan lawannya." -- Idem, b. 11, ch. 13. Suara Eck yang keras dan kepercayaan diri yang tak terbatas tidak pernah hilang. Semangatnya dirangsang oleh pengharapan akan mendapat upah emas dan kemasyhuran, karena pembela iman ini akan diberi upah yang besar. Bilamana argumentasi terbaik gagal, ia akan menghina dan bahkan bersumpah.
Oecolampadius, yang sederhana dan yang tidak mempercayai diri sendiri, telah merasa gentar dalam pertempuran itu, lalu ia memasuki pertarungan itu dengan satu pengakuan yang terus terang, "Saya tidak mengakui standar penghakiman selain firman Allah." -- Idem, b. 11, ch. 13. Meskipun bertingkah laku lembut dan sopan, ia membuktikan dirinya sanggup dan tabah menghadapi serangan. Sementara penganut Romanisme, sesuai dengan kebiasaan mereka berpegang pada wewenang dan kebiasaan gereja, sedangkan Pembaharu berpegang teguh pada Alkitab yang suci. "Kebiasaan," katanya, "tidak mempunyai kekuatan di negeri kita Swis, kecuali sesuai dengan undang-undang. Sekarang, dalam masalah iman, Alkitab itulah kitab undang-undang kita." -- Idem b. 11, ch. 13.
Perbedaan antara kedua pedebat itu bukan tanpa efek. Pertimbangan Pembaharu tenang dan jelas, yang disampaikan dengan lembut dan sederhana, menarik perhatian dan membalikkan kesombongan dan keributan Eck yang menjijikkan.
Perdebatan itu berlangsung selama delapan belas hari. Pada penutupannya, para pengikut kepausan dengan yakin mengatakan mereka meraih kemenangan. Kebanyakan para deputi memihak kepada Roma, dan Mahkamah mengumumkan kekalahan Pembaharu, dan menyatakan agar mereka bersama pemimpin mereka, Zwingle, dipecat dari gereja. Tetapi buah-buah pertemuan itu menyatakan dipihak mana kemajuan terletak. Perdebatan itu mengakibatkan suatu dorongan kuat kepada pergerakan Protestan, dan tidak lama sesudah itu kota-kota penting Bern dan Basel menyatakan ikut Pembaharuan

LUTHER DIHADAPAN MAHKAMAH

Seorang kaisar baru, Charles V, naik takhta di Jerman. Dan dengan segera utusan Roma menyampaikan ucapan selamat mereka, dan mengajak kaisar itu untuk menggunakan kuasanya melawan Pembaharuan. Sebaliknya, penguasa Saxony, kepada siapa kaisar Charles V berhutang budi untuk mahkotanya, memohon kepadanya agar jangan mengambil tindakan terhadap Luther sebelum ia memberikan waktu kepada Luther untuk didengar. Dengan demikian kaisar berada pada posisi yang sulit dan membingungkan. Para pengikut paus akan merasa puas kalau saja raja memerintahkan menjatuhkan hukuman mati bagi Luther. Penguasa Saxony telah dengan tegas menyatakan bahwa "baik kepada sri baginda kaisar maupun kepada seseorang lain telah ditunjukkan bahwa tulisan tulisan Luther belum bisa dibantah," oleh sebab itu ia meminta, "agar Dr. Luther diberi surat jalan jaminan keselamatan agar ia bisa menghadap pengadilan yang terdiri dari kaum terpelajar, orang orang saleh dan para hakim yang adil." D'Aubigne, b. 6, ch. 11.
Perhatian semua pihak sekarang tertuju kepada mahkamah negara Jerman yang akan bersidang di Worms, segera sesudah penobatan Charles menjadi kaisar. Ada masalah masalah politik dan kepentingan yang harus dipertimbangkan oleh konsili nasional ini. Untuk pertama kalinya para pangeran Jerman bertemu dengan rajanya yang masih muda dimahkamah perundingan. Dari seluruh pelosok negeri telah berdatangan para pemuka agama dan pemerintahan. Para penguasa, para bangsawan yang berkuasa yang bangga atas hak hak warisan mereka, para rohaniawan yang bangga dengan menyadari kedudukan mereka yang tinggi dan berkuasa, para kesatria dengan pembawa senjatanya, dan para duta besar negara negara asing dan negeri negeri yang jauh, semuanya berkumpul di Worms. Namun, yang menjadi pokok masalah yang menarik perhatian yang terbesar di mahkamah itu ialah masalah Pembaharu dari Saxony itu.
Sebelumnya kaisar Charles telah menunjuk penguasa Saxony untuk membawa Luther bersamanya ke mahkamah, dengan jaminan perlindungan, dan menjanjikan akan mengadakan diskusi bebas dengan orang orang yang berkompeten dalam masalah masalah yang diperdebatkan. Luther sudah sangat rindu untuk menghadap kaisar. Kesehatannya pada waktu ini sangat memburuk, namun ia menulis kepada penguasa Saxony, "Kalau saya tidak bisa pergi dalam keadaan sehat ke Worms, saya akan diusung kesana dalam keadaan sakit seperti sekarang ini. Oleh karena jika kaisar memanggil saya, saya tidak menyangsikan bahwa panggilan itu adalah panggilan Allah Sendiri. Jika mereka menginginkan membuat keributan terhadap saya, dan sangat besar kemungkinannya (karena bukan atas perintah mereka saya disuruh menghadap), saya akan menyerahkan masalah itu ketangan Tuhan. Dia masih tetap hidup dan memerintah, yang telah memelihara tiga orang pemuda didalam dapur api yang bernyala nyala. Jikalau Dia tidak menyelamatkan aku, hidupku kurang berarti. Marilah kita cegah Injil itu dari jatuh kepada hinaan orang jahat, dan marilah kita tumpahkan darah kita demi Injil itu, agar mereka yang takut akan firman itu memperoleh kemenangan. Bukanlah hakku untuk menentukan apakah kehidupanku atau kematianku menyebabkan keselamatan semua orang . . . . Yang mulia bisa mengharapkan segala sesuatu daripadaku . . . kecuali melarikan diri dan menarik mundur keyakinan saya. Saya tidak bisa melarikan diri, dan demikian juga menarik kembali ajaran ajaranku." Idem, b. 7, ch. 1.
Pada waktu berita tersiar di Worms bahwa Luther akan menghadap mahkamah, terjadilah kegemparan umum. Aleander, utusan paus, kepada siapa kasus ini secara khusus dipercayakan, terkejut dan marah. Ia melihat bahwa akibat semua ini akan membahayakan kepentingan kepausan. Penyelidikan mahkamah terhadap sesuatu kasus yang telah diputuskan paus dengan hukuman mati akan mendatangkan penghinaan kepada kekuasaan dan kedaulatan paus. Lebih jauh, ia juga khawatir, bahwa kemahiran berbicara dan kemampuan berargumentasi Luther akan dapat mengalihkan para pangeran dari kepentingan dan ketaatannya kepada paus. Oleh sebab itu ia mengajukan protes keras kepada Charles mengenai rencana menghadirkan Luther di Worms. Kira kira pada waktu itu surat keputusan pengucilan Luther telah dikeluarkan. Dan ini, ditambah dengan kehadiran utusan paus itu mendesak kaisar untuk menerimanya. Ia menulis surat kepada penguasa Saxony, bahwa jika Luther tidak mau menarik kembali ajaran ajarannya, ia harus tetap tinggal di Wittenberg.
Belum lagi puas dengan kemenangan ini, Aleander bekerja keras dengan segala kemampuan dan kekuasaan untuk mewujudkan hukuman Luther. Dengan kegigihannya ia mendesak perhatian para pangeran, pejabat pejabat tinggi gereja, dan anggota anggota mahkamah yang lain agar menuduh Pembaharu itu dengan tuduhan "penghasutan, pemberontakan, tidak hormat kepada Tuhan, dan penghujatan." Akan tetapi kekerasan dan nafsu yang ditunjukkan oleh utusan paus itu menunjukkandengan jelas roh yang menggerakkannya. "Ia digerakkan oleh kebencian dan rasa balas dendam," kata orang orang, "bukannya oleh kesungguh sungguhan dan kesalehan." Idem, b. 7, ch. 1. Mayoritas peserta mahkamah itu cenderung mendukung masalah Luther itu lebih dari sebelumnya.
Dengan melipat gandakan usaha, Aleander mendesak kaisar agar melaksanakan keputusan paus. Tetapi, sesuai dengan hukukm yang berlaku di Jerman, hal ini tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan para pangeran. Oleh karena akhirnya kaisar kalah atas desakan utusan kepausan, ia menyuruh utusan kepausan itu membawa kasus itu ke mahkamah. "Hari itu adalah hari kesembongan bagi duta paus. Mahkamah itu sungguh besar, tetapi masalah lebih besar lagi. Aleander membela kepentingan Roma, . . . ibu suri dan induk semua gereja." Ia harus mempertahankan kepangeranan Petrus dihadapan kumpulan kekuasaan dunia Kekristenan. "Ia mempunyai karunia berbicara dan pada waktu yang sama ia diagungkan. Allah menyuruh agar Roma hadir dan membela diri dengan ahli pidatonya yang terbaik dihadapan pengadilan yang termulia, sebelum ia dinyatakan bersalah." Wylie, b. 6, ch. 4. Dengan ragu ragu, mereka yang memihak kepada Pembaharu, menunggu akibat dari pidato Aleander. Penguasa Saxony tidak hadir, tetapi atas perintahnya beberapa orang penasihatnya mencatat amanat utusan paus itu.
Dengan segala kemampuan pengetahuan dan kemahiran berbicara, Aleander berusaha melenyapkan kebenaran. Tuduhan demi tuduhan dilontarkan kepada Luther sebagai musuh gereja dan negara, musuh orang yang masih hidup maupun yang sudah mati, musuh para alim ulama maupun orang awam, anggota anggota konsili maupun orang orang Kristen biasa. Ia menyatakan, "Oleh karena kesalahan Luther seratus ribu orang bida'ah" harus dibakar.
Sebagai kesimpulan ia berusaha mencela pengikut pengikut iman yang diperbaharui, "Apalah semua pengikut Luther itu? Mereka adalah sekelompok guru guru biadab, imam imam bejat, biarawan biarawan tak bermoral, pengacara pengacara dungu, dan bangsawan bangsawan hina dan rakyat biasa yang telah ditipu dan disesatkan. Betapa lebih tinggi kelompok Katolik dari mereka dalam jumlah, kemampuan dan kuasa! Suatu dekrit suara bulat dari mahkamah yang mulia ini akan memberi kejelasn bagi orang sederhana, mengamarkan yang kurang hati hati, meneguhkan hati yang bimbang dan memberikan kekuatan pada yang lemah." D'Aubigne, b. 7, ch. 3.
Dengan senjata yang sama penganjur penganjur kebenaran diserang pada sepanjang zaman. Argumen argumen serupa masih terus dihadapkan kepada mereka yang berani menyatakan ajaran firman Tuhan yang langsung dan jelas itu untuk melawan kesalahan yang sudah ditetapkan. "Siapa siapakah pengkhotbah doktrin doktrin baru ini?" seru mereka yang menginginkan agama populer. "Mereka tidak terpelajar, jumlahnya sedikit, dan terdiri dari golongan orang orang miskin. Namun mereka mengatakan mempunyai kebenaran, dan menjadi umat pilihan Allah. Mereka itu bodoh dan ditipu. Betapa gereja kita lebih unggul dalam jumlah dan pengaruh! Betapa banyak orang besar dan terpelajar ada diantara kita! Betapa banyak kuasa ada dipihak kita! "Inilah argumentasi argumentasi yang sangat berpengaruh atas dunia ini. Tetapi argumentasi itu tidak lebih berpengaruh sekarang daripada waktu zamannya Pembaharu itu. Pembaharuan tidak berakhir bersama Luther, sebagaimana banyak orang mengira. Pembaharuan itu akan diteruskan sampai penutupan sejarah dunia. Luther mempunyai tugas besar merefleksikan terang itu kepada orang lain yang telah diizinkan Allah bersinar kepadanya. Namun, ia belum menerima semua terang yang akan diberikan kepada dunia ini. Sejak waktu itu sampai sekarang terang yang baru bersinar terus atas Alkitab, dan kebenaran kebenaran baru terus dibukakan.
Amanat utusan paus itu memberikan kesan mendalam bagi mahkamah. Luther yang mempunyai kebenaran yang jelas dan meyakinkan dari Firman Allah tidak hadir untuk mengalahkan jagonya kepausan itu. Tak ada usaha yang dilakuka untuk mempertahankan Pembaharu itu. Ada gejala gejala kecenderungan umum bukan saja mempersalahkan Luther dan doktrin doktrin yang diajarkannya, tetapi jika mungkin, menumpas semua bida'ah. Roma menikamti kesempatan yang paling menyenangkan untuk mempertahankan kepentingannya. Semua yang bisa ia katakan untuk membuktikan kebenarannya sendiri sudah ia katakan. Akan tetapi kemenangan nyata itu adalah pertanda kekalahan. Sejak waktu itu perbedaan antara kebenaran dan kesalahan akan terlihat lebih jelas, sementara keduanya melakukan perang terbuka. Sejak waktu itu kedudukan Roma tidak lagi seaman sebelumnya.
Meskipun sebahagian besar anggota mahkamah tidak keberatan kepada pembalasan Roma, tetapi banyak dari antara mereka melihat dan menyesalkan kemerosotan moral yang terjadi di dalam gereja, dan menginginkan suatu pemeberantasan penyalah gunaan yang diderita oleh orang orang Jerman yang diakibatkan oleh korupsi dan ketamakan hirarki. Utusan paus telah menyajikan peraturan kepausan dengan sangat terang. Sekarang Tuhan menggerakkan hati seorang anggota mahkamah untuk memberikan gambaran yang benar akibat dari kelaliman kepausan. Duke George berdiri dengan teguh dihadapan musyawarah dan dengan sangat tepat memaparkan penipuan penipuan dan kemurkaan kepausan dan akibat akibatnya yang mengerikan. Sebagai penutup ia mengatakan, "Inilah beberapa penyalah gunaan yang diteriakkan terhadap Roma. Semua perasaan malu telah dikesampingkan, dan tujuan mereka satu satunya ialah . . . . uang, uang, uang . . . sehingga para pengkhotbah yang seharusnya mengajarkan kebenaran tidak mengucapkan apa apa selain kepalsuan. Dan kepalsuan ini bukan saja diterima, tetapi diberi penghargaan, sebab semakin besar kebohongan, semakin besar keuntungannya. Dari mata air yang kotor inilah mengalir air yang cemar. Kebejatan membukakan tangannya kepada ketamakan dan keserakahan akan harta . . . . Oh, skandal para ulamalah yang menjebloskan banyak jiwa jiwa yang malang kedalam hukuman yang kekal. Suatu pembaharuan umum harus dilakukan." Idem, b. 7, ch. 4.
Penyelewengan kepausan yang hebat tidak bisa disampaikan Luther sendiri. Dan fakta bahwa pembicara adalah musuh utama Pembaharu, akan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada kata katanya.
Seandainya mata para peserta musyawarah terbuka, mereka akan melihat para malaikat Allah berada di tengah tengah mereka memancarkan sinar sinar terang menerangi kegelapan kesalahan dan kepalsuan, dan membuka pikiran dan hati mereka untuk menerima kebenaran. Adalah kuasa kebenaran dan akal budi Allah yang menguasai bahkan lawan lawan Pembaharuan, dan dengan demikian menyediakan jalan bagi pekerjaan besar yang akan dicapai. Martin Luther tidak hadir di mahkamah itu, tetapi suara Seseorang yang lebih besar dari Luther telah diperdengarkan disitu.
Mahkamah segera membentuk sebuah komite untuk menyusun satu daftar penindasan kepausan yang begitu membebani kehidupan orang Jerman. Daftar yang berisi seratus satu malam penindasan ini diserahkan kepada kaisar, dengan permohonan agar segera mengambil tindakan untuk memperbaiki penyalah gunaan itu. "Betapa banyaknya jiwa orang Kristen yang hilang, " kata para pemohon, " betapa banyaknya perampasan, pemerasan yang dilakukan oleh skandal yang mengelilingi dunia Kekristenan! Adalah kewajiban kita untuk mencegah bangsa kita dari kehancuran dan kehinaan. Untuk alasan inilah kami memohon dengan kerendahan hati tetapi dengan sangat agar kaisar memerintahkan pembaharuan umum dan bertanggungjawab mengenai pelaksanaannya." Idem, b. 7, ch. 4.
Sekarang konsili menghendaki kehadiran Pembaharu itu dihadapan mereka. Walaupun Aleander memohon, memprotes, dan mengancam, akhirnya kaisar menyetujuinya dan Luther diperintahkan untuk hadir didepan mahkamah. Bersama sama dengan surat perintah itu dikeluarkan juga surat jaminan keselamatan, untuk menjaminnya kembali ketempat yang aman. Surat surat ini dibawa ke Wittenberg oleh seorang pengawal yang ditugaskan untuk membawaya ke Worms.
Sahabat sahabat Luther takut dan cemas. Mengetahui prasangka buruk dan rasa permusuhan mereka terhadap Luther, sahabat sahabat Luther khawatir kalau kalau surat jaminan keselamatan itu sendiri tidak dihargai. Dan mereka meminta agar jangan membahayakan hidup Luther. Luther menjawab, "Para pengikut kepausan tidak menginginkan kedatangan saya ke Worms. Yang mereka inginkan ialah hukuman dan kematian saya. Tidak ada masalah. Janganlah berdoa untuk saya, tetapi berdoalah untuk firman Tuhan . . . . Kristus akan memberikan Roh Nya kepada saya untuk mengalahkan pelayan pelayan kepalsuan itu. Saya tidak mengacuhkan mereka selama hidupku, dan aku akan bergembira karena mengalahkan mereka oleh kematianku. Mereka sekarang sibuk di Worms untuk memaksa saya menarik kembali ajaran ajaran saya. Dan inilah penarikan kembali saya: saya sudah katakan sebelumya bahwa paus adalah wakil Kristus, dan sekarang saya menyatakan bahwa dia adalah lawan Tuhan kita, dan rasul Setan." Idem, b. 7, ch. 6.
Luther tidak mengadakan perjalanan berbahaya itu sendirian. Selain pesuruh kerajaan, tiga orang sahabatnya yang paling karib memastikan untuk menyertai dia. Melanchthon sungguh sungguh ingin pergi bersamanya. Hatinya begitu terjalin dengan hati Luther, dan ia rindu untuk mengikutinya, kalau perlu, kedalam penjara atau kepada kematian. Tetapi permohonannya ditolak. Seandainya Luther harus binasa, maka harapan Pembaharuan harus terpusat kepada teman sekerjanya yang masih muda ini. Luther berkata pada waktu berpisah dari Melanchthon, "Jikalau seandainya saya tidak kembali, dan musuh musuh saya membunuh saya, teruskanlah mengajar dan berdiri teguh dalam kebenaran. Bekerjalah sebagai penggantiku . . . . Jikalau engkau bertahan hidup terus, maka kematianku tidak berakibat apa apa." Idem, ch. 7. Para mahasiswa dan rakyat banyak yang menyaksikan keberangkatan Luther sangat terharu. Orang banyak yang hatinya telah dijamah oleh kabar Injil, mengucapkan selamat jalan dengan menangis. Demikianlah Pembaharu itu bersama teman temannya berangkat dari Wittenberg.
Sepanjang perjalanan, mereka melihat bahwa pikiran orang orang diganggu oleh firasat buruk. Dibeberapa kota tidak ada penghormatan yang diberikan kepada mereka. Pada waktu mereka berhenti untuk beristirahat pada malam hari, seorang imam yang ramah menyatakan kekhawatirannya dengan menunjukkan kepada Luther gambar seorang pembaharu bangsa Italia yang telah mengalami mati syahid. Hari berikutnya mereka mengetahui bahwa tulisan tulisan Luther telah diharamkan dan dilarang di Worms. Para pesuruh kekaisaran telah mengumumkan dekrit kaisar, dan menghimbau orang orang untuk membawa karya karya Luther yang dilarang itu kepada pengadilan. Pengawal, khawatir akan keselamatan Luther pada konsili itu, dan berpikir mungkin keputusan Luther mulai goyah, bertanya kalau kalau ia masih ingin terus pergi. Luther menjawab, "Meskipun dilarang disetiap kota, saya akn jalan terus." Idem, ch. 7.
Di Erfurt, Luther disambut dengan hormat. Ia dikelilingi oleh banyak orang pada waktu ia melewati jalan jalan kota yang dulu sering ditelusurinya dengan membawa kantong sebagai peminta minta. Ia mengunjungi kamar biara yang pernah ditempatinya, sambil merenungkan perjuangan melalui mana sinar terang yang sekarang membanjiri Jerman telah dicurahkan kepada jiwanya. Ia diminta untuk berkhotbah. Hal ini sebenarnya telah dilarang baginya, tetapi pengawalnya mengizinkannya, dengan demikian maka biarawan yang pernah bekerja keras di biara itu sekarang naik mimbar.
Kepada perkumpulan yang penuh sesak itu ia mngucapkan perkataan Kristus, "Damai sejahtera bagi kamu." "Para ahli filsafat, para doktor dan para penulis, " katanya, "telah berusaha mengajarkan kepada manusia cara untuk memperoleh hidup yang kekal, dan mereka itu tidak berhasil. Sekarang saya memberitahukan kepadamu, . . . bahwa Allah telah membangkitkan seorang Manusia dari kematian, Tuhan kita Yesus Kristus, agar Dia membinasakan kematian, membasmi dosa sampai keakar akarnya, dan menutup pintu naraka. Inilah pekerjaan keselamatan, . . . Kristus telah memenangkannya! Inilah berita sukacita. Dan kita diselamatkan oleh usaha Nya, dan bukan oleh usaha kita. . . . Tuhan kita Yesus Kristus berkata, 'Damai sejahtera bagi kamu. Lihatlah tangan Ku.' Sebenarnya yang ia katakan ialah, Lihatlah, hai manusia! adalah Aku, Aku sendiri satu satunya, yang telah menghapuskan dosamu dan yang telah menebus engkau. Dan sekarang engkau beroleh kedamaian, kata Tuhan." Idem, b. 7, ch. 7.
Ia melanjutkan, menunjukkan bahwa iman yang benar akan dinyatakan oleh kehidupan yang kudus. "Oleh karena Allah telah menyelamatkan kita, marilah kita mengatur pekerjaan kita sedemikian rupa agar berkenan kepada Nya. Apakah engkau kaya? biarlah kekayaanmu digunakan untuk keperluan orang orang miskin. Apakah engkau miskin? biarlah pelayananmu berkenan kepada orang kaya. Jikalau usahamu hanya berguna bagimu saja, maka pelayanan yang kamu sangka diberikan kepada Allah adalah dusta." Idem, b. 7, ch. 7.
Orang orang mendengar dengan terpesona. Roti hidup telah dibagi bagikan kepada jiwa jiwa yang lapar itu. Kristus ditinggikan dihadapan mereka mengatasi para paus, para utusan paus, para kaisar dan raja raja. Luther tidak menyinggung kedudukannya yang penuh bahaya. Ia tidak berusaha membuat dirinya pusat perhatian atau simpati. Ia tidak memikirkan dirinya oleh karena Kristus. Ia berlindung dibelakang Orang dari Golgota itu, dan memikirkan hanya untuk menyatakan Yesus sebagai Penebus orang orang berdosa.
Sementara Pembaharu meneruskan perjalanannya, dimana mana ia disambut dengan perhatian besar. Orang orang berkerumun mengelilinginya, dan suara suara bersahabat mengamarkannya mengenai maksud para pengikut Roma. "Mereka akan membakarmu," kata beberapa orang, "dan memperabukan tubuhmu seperti yang mereka lakukan pada John Huss." Luther menjawab, "Walaupun mereka menyalakan api sepanjang jalan dari Worms ke Wittenberg, dan nyala api itu sampai ke langit, saya akan menjalaninya dalam nama Tuhan. Saya akan tampil dihadapan mereka. Saya akan masuk kedalam rahang raksasa ini dan mematahkan gigi giginya, dan sambil mengakui Tuhan Yesus Kristus." Idem, b. 7, ch. 7.
Kabar semakin mendekatnya ia kekota Worms menimbulkan kegemparan. Sahabat sahabatnya takut mengenai keselamatannya. Musuh musuhnya takut keberhasilan mereka terganggu. Usaha keras dilakukan untuk mencegahnya memasuki kota. Atas dorongan para pengikut paus, ia telah diajak ke sebuah kastel seorang ksatria yang ramah, dimana dinyatakan bahwa semua masalah atau kesulitan dapat diatur secara bersahabat. Sahabat sahabatnya berusaha menunjukkan ketakutan mereka dengan menjelaskan bahaya bahaya yang mengancamnya. Tetapi semua usaha mereka gagal. Luther tanpa goyah, mengatakan, "Sekalipun ada Setan di Worms sebanyak genteng yang diatas rumah rumah, saya tetap akan memasukinya." Idem, b. 7, ch. 7.
Sementara ia memasuki kota Worms, orang banyak berkerumun di pintu gerbang kota untuk menyambut dia. Begitu besar penyambutan itu, bahkan kaisar sendiripun belum pernah disambut seperti itu. Kegembiraan pada waktu itu begitu meluap luap. Dan dari tengah tengah orang banyak itu terdengar suara nyaring bernada sedih yang berulang ulang menerikakkan nada ratapan penguburan, sebagai amaran kepada Luther mengenai nasib yang menantinya. "Allah akan menjadi pelindungku," katanya, sementara ia turun dari keretanya.
Para pengikut paus sebelumnya tidak percaya kalau Luther berani untuk tampil di Worms, sehingga kedatangannya membuat mereka dipenuhi ketakutan. Kaisar dengan segera meminta para penasihatnya untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan. Salah seorang imam, pengikut paus yang keras, menyatakan, "Sudah lama kita diminta pendapat mengenai masalah ini. Biarlah yang mulia melenyapkan orang ini dengan segera. Bukankah kaisar Sigismund yang menyebabkan John Huss mati dibakar? Kita tidak berkewajiban untuk memberi atau mematuhi surat jaminan keselamatan seorang bida'ah." "Tidak," kata kaisar, "kita harus mengingat janji kita." Idem, b. 7, ch. 8. Itulah sebabnya diputuskan bahwa Pembaharu itu harus didengar.
Seluruh penduduk kota itu ingin melihat orang luar biasa ini, dan banyaklah pengunjung yang memenuhi penginapan pengipan. Luther belum sembuh benar dari penyakitnya. Ia sangat letih oleh karena perjalanan yang memakan waktu dua minggu penuh. Ia harus siap menghadapi kejadian kejadian penting hari esok, dan ia memerlukan istirahat dan ketenangan. Akan tetapi begitu banyak orang yang rindu menemui dia, sehingga ia hanya sempat beristirahat beberapa jam saja. Para bangsawan, ksatria, imam dan penduduk kota berkerumun menelilingi dia. Diantara mereka banyak para bangsawan yang begitu keras memohon kepada kaisar suatu pembaharuan penyalah gunaan dan penyelewengan gereja, dan yang, seperti kata Luther, "telah dibebaskan oleh Injil yang saya beritakan." Martyn, "Life and Times of Luther," p. 393. Musuh musuh dan sahabat sahabatnya datang untuk melihat biarawan pemberani itu. Ia menerima mereka dengan ketenangan yang tak tergoyhkan, menjawab semua pertanyaan dengan berwibawa dan bijaksana. Pembawaannya kokoh dan berani. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebaikan hatinya, bahkan kesukacitaannya, meskipun pucat, kurus dan ditandai oleh kerja keras dan penyakit. Keseriusan dan kesungguh sungguhan kata katanya yang mendalam memberinya kuasa yang bahkan musuh musuhnyapun tak mampu menahan seluruhnya. Baik kawan kawan maupun lawan lawannya sama sama takjub. Sebagian yakin bahwa pengaruh ilahi menolongnya, sementara yang lain menyatakan, seperti pernyataan orang Farisi mengenai Kristus, "Ia dipengaruhi Setan."
Pada hari berikutnya, Luther dipanggil untuk menghadiri Mahkamah. Seorang pejabat kekaisaran ditunjuk untuk membawanya ke ruang pemeriksaan. Setiap jalan telah dipenuhi penonton yang ingin melihat biarawan yang berani menentang kekuasaan paus ini.
Sementara ia hampir memasuki tempat ia menghadap para hakim, seorang jenderal tua, pahlawan dari banyak peperangan, berkata dengan ramah kepadanya, "Biarawan yang malang, biarawan yang malang, engkau akan berdiri lebih agung dari saya atau dari para kapten lain yang pernah memenangkan peperangan yang paling sengit sekalipun. Akan tetapi jika engkau merasa yakin perjuanganmu itu benar, majulah terus dalam nama Tuhan, dan janganlah takut sesuatupun. Allah tidak akan melupakanmu." D'Aubigne, b. 7, ch. 8.
Akhirnya Luther berdiri dihadapan konsili. Kaisar duduk diatas takhtanya. Ia dikelilingi oleh orang orang yang terkenal dan terhormat di kekaisaran itu. Belum pernah seseorang menghadap sidang yang lebih mengagumkan dari ini dimana Martin Luther akan memberikan jawaban jawaban mengenai imannya. "Pemunculan Luther di majelis ini sebenarnya adalah suatu pertanda kemenangannya atas kepausan. Paus telah menghukum orang ini, tetapi sekarang ia berdiri didepan pengadilan, yang oleh tindakan ini, menempatkan diri di atas paus. Paus telah memutuskan pengucilannya dan melarang masyarakat berhubungan dengan dia. Namun, ia telah dipanggil dengan bahasa yang terhormat, dan diterima menghadap sidang yang paling mulia di dunia ini. Paus telah menghukumnya dengan hukuman berdiam diri selamanya. Tetapi sekarang ia akan berbicara dihadapan ribuan orang pendengar yang datang dari berbagai tempat jauh dari dunia Kekristenan. Suatu revolusi besar telah dimulai oleh peran Luther. Roma telah merosot dari takhtanya, dan kemerosotan itu disebabkan oleh suara seorang biarawan." Idem, b. 7, ch. 8.
Dihadapan sidang yang berkuasa dan bergengsi itu, Pembaharu, kelahiran orang kebanyakan itu, tampaknya kagum dan malu. Beberapa orang dari para pangeran mengamati emosinya dan mendekatinya. Salah seorang berbisik kepadanya, "Janganlah takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi yang tidak dapat membunuh jiwa." Yang lain berkata, "Bilamana engkau dibawa berhadapan dengan para gubernur dan raja raja oleh karena Aku, Roh Bapamu akan memberitahukan kepadamu apa yang akan engkau katakan." Demikianlah kata kata Kristus telah digunakan oleh orang orang besar dunia untuk menguatkan hamba Nya pada saat pencobaan.
Luther dibawa pada posisi tepat dihadapan takhta kaisar. Keheningan menyelimuti seluruh sidang. Kemudian pejabat kekaisaran bangkit, dan menunjuk kepada koleksi tulisan tulisan Luther dan menyuruh Luther menjawab dua pertanyaan, apakah dia mengakui buku buku itu sebagai tulisan tulisannya, dan apakah ia bermaksud untuk menarik kembali buah pikiran yang telah diajukannya didalam tulisan tulisan tersebut. Sementara judul buku buku itu dibacakan, Luther memberi pengakuan bahwa buku buku itu adalah tulisannya sebagai jawaban kepada pertanyaan yang pertama. "Mengenai pertanyaan kedua," katanya, "berhubung pertanyaan itu menyangkut iman dan keselamatan jiwa jiwa, dan dalam mana firman Allah, harta termahal dan terbesar di Surga maupun di dunia terlibat, saya akan dianggap bertindak tidak bijaksana kalau saya menjawabnya tidak dengan sungguh sungguh. Mungkin saya menegaskan kurang dari yang dituntut keadaan, atau lebih dari yang diperlukan oleh kebenaran, dengan demikian berdosa kepada perkataan Kristus ini, 'Tetapi barang siapa menyangkal Aku didepan manusia, Aku juga akan menyangkalnya didepan Bapa Ku yang di Surga.' (Matius 10:33). Untuk ini aku memohon kepada Yang Mulia, dengan segala kerendahan, untuk memberikan waktu kepadaku, agr aku dapat menjawabnya tanpa melanggar firman Allah." D'Aubigne, b. 7, ch. 8.
Dalam mengajukan permohonan ini Luther bertindak dengan bijaksana. Sikapnya meyakinkan sidang bahwa ia tidak bertindak secara bernafsu atau gegabah. Keterangan dan penguasaan diri yang demikian itu, menambah kekuatan kepadanya. Sikap seperti itu tidak diharapkan dari seorang yang tegas dan tak mengenal kompromi. Sikap ini menyanggupkannya selanjutnya memberikan jawaban dengan bijaksana, tegas, berakal budi dan berwibawa, sehingga mengejutkan dan mengecewakan musuh musuhnya, dan menempelak kekurang ajaran dan kesombongan mereka.
Hari berikutnya ia harus menghadap kembali untuk memberikan jawabannya yang terakhir. Untuk sementara hatinya remuk pada waktu ia merenungkan kekuatan kekuatan yang bersatu melawan kebenaran. Imannya goyah, ketakutan dan kegentaran menimpanya, dan kengerian menyelimutinya. Bahaya berlipat ganda dihadapannya. Musuh musuhnya tampaknya akan menang, dan kuasa kegelapan merajalela. Awan menutupinya, dan tampaknya memisahkan dirinya dari Allah. Ia sangat rindu jaminan kepastian bahwa Allah yang mahakuasa akan menyertainya. Dalam penderitaan jiwanya, ia tersungkur ketanah dan mencurahkan jeritan hatinya yang hancur, yang tak seorangpun mengerti dengan sesungguhnya selain Allah.
"O, Allah yang kekal dan mahakuasa," ia memohon, "betapa mengerikan dunia ini! Lihatlah, ia membuka mulutnya untuk menelan aku, dan aku tidak berharap sepenuhnya kepada Mu . . . . Jikalau hanya pada kuasa dunia ini aku menaruh harap, berarti segalanya sudah selesai . . . . Saatku sudah tiba, hukumanku sudah diumumkan . . . . O, Allahku, tolonglah aku melawan semua kebijaksanaan dunia ini. Tolongah Tuhan, . . . Engkau sendiri; karena ini bukan pekerjaanku, tetapi pekerjaan Mu. Tidak ada urusanku disini, tidak ada yang diperdebatkan dengan pembesar pembesar dunia ini . . . . Tetapi ini adalah urusan Mu, . . . urusan kebenaran dan kekekalan. O, Tuhan, tolonglah aku! Allah yang setia dan yang tidak berubah, aku tidak bisa menaruh harap kepada seorang manusiapun . . . . Segala yang dari manusia tidak ada kepastian. Segala yang datang dari manusia adalah kegagalan . . . . Engkau telah memilih aku untuk pekerjaan ini . . . . Berdirilah disampingku demi Anak Mu yang kekasih, Yesus Kristus, yang menjadi pertahananku, perisaiku dan bentengku yang kuat." Idem, b. 7, ch. 8.
Allah, Pemelihara yang maha bijaksana, telah mengizinkan Luther menyadari bahaya yang mengancamnya, agar supaya ia tidak menaruh harap kepada kekuatannya sendiri, dan takabur masuk kedalam bahaya. Namun bukan ketakutan penderitaan diri sendiri, ketakutan penyiksaan atau kematian yang tampaknya segera akan terjadi, yang meresahkannya. Ia menemui kemelut, dan dia merasa tidak sanggup menghadapinya. Oleh karena kelemahannya kebenaran mungkin akan menderita kerugian. Ia bergumul dengan Allah bukan untuk keselamatannya, tetapi demi kemenangan Injil. Seperti Israel, yang pada malam itu bergumul sendirian di tepi sungai, demikianlah penderitaan dan pergumulan jiwanya. Seperti Israel, ia menang dipihak Allah. Didalam ketidak berdayaannya, imannya berpegang teguh kepada Kristus, Penyelamat perkasa itu. Ia dikuatkan dengan jaminan bahwa ia tidak akan tampil sendirian dihadapan konsili. Kedamaian kembali memenuhi jiwanya, dan ia bersukacita oleh karena diizinkan untuk meninggikan firman Allah dihadapan penguasa penguasa bangsa itu.
Dengan pikirannya tetap tertuju kepada Allah, Luther mempersiapkan diri menghadapi perjuangan yang menghadangnya. Ia memikirkan rencana jawaban yang akan diberikannya. Ia memeriksa tulisan tulisannya, dan mengambil bukti bukti dari Alkitab untuk mempertahankan posisinya. Kemudian, ia meletakkan tangan kirinya di atas Alkitab yang terbuka didepannya, ia mengangkat tangan kanannya ke atas, dan berjanji "tetap setia kepada Injil, dan mengakui imannya dengan bebas, walaupun harus memeteraikan kesaksiannya dengan darahnya sendiri." Idem, b. 7, ch. 8.
Ketika sekali lagi ia dituntun ke hadapan Mahkamah, tidak tampak rasa takut atau malu di wajahnya. Dengan tenang, penuh kedamaian, namun dengan berani dan penuh wibawa, ia berdiri sebagai saksi Allah diantara orang orang besar dunia. Sekarang pejabat kekaisaran menuntut keputusan Luther, apakah ia ingin menarik kembali ajaran ajarannya. Luther memberikan jawaban dengan nada yang lembut dan merendah tanpa kekerasan atau emosi. Sikapnya malu malu dan penuh hormat, namun ia menunjukkan rasa percaya diri dan sukacita, yang membuat hadirin kagum.
"Kaisar yang agung, para pangeran yang muia, dan tuan tuan yang budiman," kata Luther, "pada hari ini saya berdiri dihadapan hadirin sesuai dengan perintah yang diberikan kepadaku kemarin. Dan oleh rahmat Allah saya memohon yang agung dan yang mulia untuk mendengarkan pembelaanku terhadap satu hal yang saya yakin tepat dan benar. Jikalau oleh karena kelalaian saya harus melanggar kebiasaan dan tatatertib pengadilan, saya mohon diampuni, karena saya tidak dibesarkan di istana raja raja, tetapi di biara terpencil." Idem, b. 7, ch. 8.
Kemudian melanjutkan kepada pertanyaan, ia mengatakan bahwa karya karyanya yang sudah diterbitkan itu tidak sama sifatnya. Dalam sebagian ia membahas mengenai iman dan perbuatan perbuatan baik, dan musuh musuhnya sendiri menyatakan bahwa karya karya itu bukan saja tak berbahaya, tetapi bahkan sangat berguna. Menarik kembali karya karya ini berarti mempersalahkan kebenaran yang diakui semua pihak. Kelompok yang kedua dari tulisan tulisan yang mengungkapkan kebejatan moral dan penyelewengan kepausan. Menarik kembali karya karya ini akan memperkuat kekejaman Roma, dan membuka pintu lebih lebar lagi terhadap kejahatan yang lebih banyak dan lebih besar. Dalam kelompok ketiga buku bukunya, ia menyerang idividu individu yang telah mempertahankan kejahatan kejahatan yang sedang merajalela. Megenai ini ia mengakui bahwa ia telah bertindak lebih keras. Ia tidak menyatakan dirinya bebas dari kesalahan. Dan buku buku inipun ia tidak mau menariknya kembali karena dengan berbuat demikian akan memberi semangat kepada musuh musuh kebenaran, dan mereka akan mengambil kesempatan untuk menghancurkan umat Allah dengan kekejaman yang lebih besar.
"Namun, saya adalah manusia biasa, bukan Allah," ia meneruskan, "Oleh sebab itu saya akan mempertahankan diri seperti yang dilakukan Kristus: 'Jikalau saya berkata jahat, saksikanlah kejahatan itu' . . . . Oleh rahmat Allah, saya memohon kepadamu kaisar yang agung, dan kepadamu para pangeran yang mulia, dan kepada semua orang dari berbagai tingkatan untuk membuktikan dari tulisan tulisan para nabi dan para rasul bahwa saya telah bersalah. Dan segera setelah saya diyakinkan mengenai hal ini saya akan menarik kembali semua yang salah itu. Dan sayalah orang yang pertama mengambil buku buku itu dan melemparkannya kedalam api untuk dibakar.
"Apa yang baru saja saya katakan menunjukkan dengan jelas, saya harap, bahwa saya telah mempertimbangkannya dengan masak masak dan memperhitungkan bahaya yang mengancam saya. Tetapi saya jauh dari rasa takut, saya bersukacita bahwa Injil itu sekarang, seperti pada zaman dahulu, penyebab kesusahan dan perselisihan. Inilah sifat dan tujuan firman Allah. 'Aku datang bukan membawa damai ke atas bumi, tetapi Aku datang membawa pedang,' kata Yesus Kristus. Nasihat nasihat Allah adalah ajaib dan mengerikan. Berhati hatilah, jangan menginjak injak firman Allah yang kudus dengan dalih memadamkan perselisihan, dan dengan demikian mendatangkan bahaya besar dan mengerikan bagi dirimu, malapetaka sekarang dan kehancuran kekal . . . . Saya dapat mengutip banyak contoh dari firman Allah. Saya dapat berbicara tentang Firaun firaun, raja raja Babilon, dan tentang raja raja Israel, yang usaha usahanya hanya mendatangkan kebinasaannya sendiri karena mereka tidak meminta nasihat. Kelihatannya mereka paling bijaksana untuk memperkuat kekuasaannya. 'Allah memindahkan gunung gunung, dan mereka tidak mengetahui hal itu.' " Idem, b. 7, ch. 8.
Luther berbicara dalam bahasa Jerman. Sekarang ia diminta untuk mengulangi kata katanya itu dalam bahasa Latin. Meskipun ia sudah letih dengan pidatonya yang sebelumnya, ia menuruti dan menyampaikan pidatonya sekali lagi sejelas dan sebersemangat yang pertama. Pemeliharaan Allah menuntunnya kedalam masalah itu. Pikiran para pangeran telah dibutakan oleh kesalahan dan ketakhyulan sehingga pada penyajian pertama mereka tidak melihat kekuatan dan pemikiran Luther. Tetapi dengan pengulangan ini membuat mereka dapat melihat dengan jelas semua hal yang disampaikan.
Mereka yang dengan degilnya menutup mata kepada terang, dan bertekad untuk tidak diyakinkan oleh kebenaran, telah dibuat marah oleh kuasa kata kata Luther. Setelah ia selesai berbicara, jurubicara Mahkamah berkata dengan marah, "Engkau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan kepadamu . . . . Engkau diharuskan memberi jawaban yang jelas dan tepat. . . . Mau atau tidak mau menarik kembali ajaran ajaranmu?"
Pembaharu itu menjawab, "Oleh karena yang agung dan yang mulia meminta dari saya jawaban yang jeas, sederhana dan tepat, maka saya akan menjawab begini: Saya tidak dapat menyerahkan imanku baik kepada paus atau kepada konsili ini, sebab sudah jelas seperti terangnya siang bahwa mereka sering bersalah dan bertentangan satu sama lain. Kecuali saya diyakinkan oleh kesaksian Alkitab atau oleh pemikiran yang paling terang, kecuali saya terbujuk oleh kalimat kalimat yang saya kutip, dan kecuali mereka yang membuat hati nuraniku terikat oleh firman Allah, saya tidak dapat dan tidak akan menarik kembali ajaran ajaran saya, karena tidak baik bagi seorang Kristen berbicara melawan hati nuraninya. Disini saya berdiri, saya tidak dapat berbuat yang lain. Kiranya Tuhan Allah menolongku. Amen."
Begitulah orang benar ini berdiri di atas alasan yang teguh, firman Allah. Terang surga menyinari wajahnya. Kebesarannya dan kesuciannya, kedamaian dan sukacita hatinya, telah dinyatakan kepada semua orang sementara ia bersaksi melawan kuasa kesalahan, dan menyaksikan keunggulan iman yang mengalahkan dunia.
Untuk sementara seluruh hadirin terdiam dalam kekaguman. Dalam jawaban Luther yang pertama, ia berbicara dengan nada rendah dan dengan rasa hormat, seolah olah menyerah. Para pengikut Romanisme menganggap ini suatu tanda bahwa keberanian Luther mulai pudar. Mereka menganggap permohonan penundaan semata mata hanya pendahuluan kepada penarikannya kembali ajaran ajarannya. Kaisar Charles sendiri setelah memperhatikan, setengah memandang rendah tubuh biarawan yang sudah merosot, pakaiannya yang sederhana, dan kesederhanaan pidatonya, telah menyatakan, "Biarawan ini tidak akan pernah membuat saya menjadi bida'ah." Keberanian dan keteguhan yang ditunjukkannya sekarang, serta kuasa dan terangnya pemikirannya, membuat semua pihak terkagum kagum. Kaisar, oleh karena kekagumannya, berseru, "Biarawan ini berbcara dengan hati yang berani dan dengan semangat yang tidak tergoyahkan." Banyak pangeran Jerman memandang wakil bangsa mereka ini dengan bangga dan gembira.
Para pengikut Roma telah dikalahkan. Kepentingan mereka tampaknya sangat suram. Mereka berusaha untuk mempertahankan kekuasaan mereka, bukan dengan merujuk kepada Alkitab, tetapi dengan menggunakan ancaman ancaman, argumentasi Roma yang tidak pernah gagal. Juru bicara Mahkamah (Diet) berkata, "Jikalau engkau tidak menarik kembali ajaran ajaranmu, maka kaisar dan pemerintah negara bagian diseluruh kekaisaran akan merundingkan tindakan apa yang akan dijalankan terhadap seorang bida'ah yang tidak bisa lagi diperbaiki ini." Sahabat sahabat Luther, yang dengan kesukaan besar mendengarkan pembelaannya, gemetar mendengar kata kata ini. Tetapi Dr. Luther sendiri berkata dengan tenang, "Kiranya Allah penolongku, karena tidak ada yang saya dapat tarik kembali."
Ia disuruh meninggalkan Mahkamah, sementara para pangeran berkonsultasi bersama. Terasa bahwa kemelut besar akan datang. Penolakan terus menerus Luther untuk menyerah dapat berpengaruh kepada sejarah gereja selama berabad abad. Diputuskan untuk memberikan kesempatan sekali lagi kepadanya untuk menarik kembali ajaran ajarannya. Untuk yang terakhir sekali ia dihadapkan ke persidangan. Sekali lagi pertanyaan diajukan, apakah ia mau menarik kembali ajaran ajarannya. "Saya tidak mempunyai jawaban yang lain," katanya, "selain dari pada yang sudah saya katakan." Terbukti bahwa ia tidak bisa dipengaruhi, baik dengan janji janji maupun dengan ancaman untuk menyerah kepada kekuasaan Roma.
Para pemimpin kepausan merasa kecewa kuasa mereka, yang telah membuat raja raja dan para bangsawan gemetar, dipandang rendah oleh seorang biarawan yang sederhana. Mereka ingin membuat dia merasakan kemarahan mereka dengan cara menyiksanya. Akan tetapi Luther, yang menyadari bahaya, telah berbicara kepada semua orang dengan keagungan dan ketenangan seorang Kristen. Kata katanya tidak mengandung kesombongan, emosi dan kesalah pahaman. Ia tidak lagi memperdulikan dirinya sendiri, dan pembesar pembesar disekelilingnya, dan hanya merasa bahwa ia berada dihadirat Seorang yang mutlak, yang lebih tinggi dari paus, para pejabat tinggi gereja, raja raja dan para kaisar. Kristus telah berbicara melalui kesaksian Luther dengan kuasa dan keagungan, sehingga pada waktu itu mengilhami dengan kekaguman dan keheranan baik kawan maupun lawan. Roh Allah telah hadir didalam konsili, untuk mempengaruhi hati para pemimpin kekaisaran. Beberapa orang dari para pangeran dengan tegas mengakui kebenaran perjuangan Luther. Banyak yang diyakinkan mengenai kebenaran, tetapi bagi sebagian orang kesan itu tidak bertahan lama. Ada kelompok lain, yang pada waktu itu tidak menunjukkan keyakinan mereka; tetapi setelah menyelidiki sendiri Alkitab menjadi pendukung Pembaharuan yang tak mengenal takut dikemudian hari.
Penguasa Saxony Frederick telah lama mengharapkan kehadiran Luther dihadapan Mahkamah. Dan dengan emosi yang mendalam ia mendengarkan pidato Luther. Dengan gembira dan bangga ia menyaksikan keberanian, keteguhn hati, ketenangan dan rasa percaya diri Dr. Luther, dan tekadnya untuk berdiri lebih teguh lagi dalam mempertahankan diri. Ia membandingkan kedua pihak yang bertikai, dan melihat bahwa kebijaksanaan paus, raja raja dan pejabat pejabat tinggi gereja tidak ada artinya dibandingkan dengan kuasa kebenaran. Kekuasaan kepausan telah menderita suatu kekalahan, yang akan dirasakan diantara semua bangsa dan pada segala zaman.
Ketika pejabat tinggi gereja menyadari akibat yang ditimbulkan oleh pidato Luther, ia menjadi takut seperti belum pernah sebelumnya, mengenai keamanan kekuasaan Romawi, dan memutuskan akan mengambil segala tindakan yang dibawah kekuasaannya untuk melenyapkan Pembaharu itu. Dengan kemahirannya berbicara dan ketrampilan diplomatiknya yang menonjol, ia mengemukakan kepada kaisar yang masih muda itu betapa bodohnya dan berbahayanya mengorbankan persahabatan dan dukungan kekuasaan Roma, hanya demi seorang biarawan yang tidak berarti.
Kata katanya bukan tanpa akibat. Sehari sesudah Luther memberikan jawabannya, Charles mengirim pesan untuk disampaikan kepada Mahkamah, yang mengumumkan keputusannya untuk menjalankan kebijakan pendahulunya untuk mempertahankan dan melindungi agama Katolik. Oleh karena Luther telah menolak menarik kembali ajaran ajarannya, dan mengakui kesalahannya, maka tindakan yang paling keras akan dilakukan terhadap Luther dan terhadap ajarannya yang menyimpang. "Seorang biarawan yang sesat oleh kebodohannya, telah bangkit melawan iman dunia Kristen. Untuk mempertahankan kesesatan seperti itu, berarti saya akan mengorbankan kerajaanku, hartaku, sahabat sahabatku, darahku, jiwaku dan hidupku. Saya mau menyingkirkan Luther yang mulia, dan melarangnya melakukan kekacauan yang sekecil apapun di antara rakyat. Kemudian saya akan melawan dia dan pengikut pengikutnya sebagai orang orang bida'ah yang degil, oleh mengucilkan, mengasingkan dan apa saja yang diperkirakan dapat menghancurkan mereka. Saya menghimbau para anggota penguasa kerajaan untuk berlaku sebagai orang orang Kristen yang setia." Idem, b. 7, ch. 9. Namun demikian, kaisar mengatakan bahwa surat jaminan keselamatan Luther harus dihormati, dan sebelum tindakan terhadapnya dilaksanakan, ia harus diizinkan kembali kerumahnya dengan selamat.
Timbul dua pemikiran yang bertentangan diantara anggota anggota Mahkamah. Para utusan dan wakil wakil paus menuntut surat jaminan keselamatan itu diabaikan saja. Mereka katakan, "Sungai Rhine harus menerima abunya, sebagaimana telah menerima abu jenazah John Huss seabad yang lalu." Idem, b. 7, ch. 9. Tetapi para pangeran Jerman, walaupun mereka adalah pengikut kepausan dan mengaku memusuhi Luther, memprotes terhadap pelanggaran iman umum, sebagai suatu noda pada kehormatan bangsa. Mereka menunjuk kepada malapetaka yang timbul sesudah kematian Huss, dan menyatakan bahwa mereka tidak berani mempersalahkan Jerman dan kaisar mereka yang masih muda, jika kejahatan yang ngeri seperti itu terulang kembali.
Charles sendiri, dalam menanggapi protes itu, berkata, "Walaupun kehormatan dan iman harus dilenyapkan dari seluruh muka bumi ini, mereka seharusnya mendapatkan perlindungan didalam hati para pangeran." Idem, b. 7, ch. 9. Charles lebih jauh dibujuk oleh musuh Luther yang keras agar memperlakukan Pembaharu itu seperti yang dilakukan Sigismund kepada Huss, menyerahkannya kepada kemurahan hati gereja. Tetapi setelah mengenang peristiwa pada waktu Huss, dihadapan pengadilan, menunjuk kepada rantainya dan mengingatkan raja akan janji imannya, Charles V. menyatakan, "Saya tidak suka dipermalukan seperti Sigismund" Lihat Lenfant, "History of the Council of Constance, " Vol. I, p. 422.
Namun demikian, Charles dengan sengaja menolak kebenaran yang disampaikan oleh Luther. "Saya dengan teguh berketetapan untuk mengikuti teladan leluhur saya," tulis raja. Ia telah memutuskan bahwa ia tidak akan menyimpang dari kebiasaan walaupun dalam jalan kebenaran.Ia akan meninggikan kepausan dengan segala kejahatannya oleh karena ayahnya berbuat demikian. Dengan demikian ia mengambil pendirian, menolak menerima setiap terang yang melebihi apa yang para leluhurnya sudah terima atau melaksanakan sesuatu tugas yang mereka tidak laksanakan.
Sekarang ini ada banyak banyak orang yang bergantung kepada adat kebiasaan dan tradisi para leluhurnya. Bilamana Allah mengirimkan kepada mereka terang tambahan, mereka menolaknya, karena tidak diberikan sebelumnya kepada leluhurnya, sehingga mereka tidak mau menerimanya. Kita tidak ditempatkan ditempat leluhur kita. Sebagai akibatnya tugas tugas dan tanggungjawab kita tidak sama dengan mereka . Kita tidak akan berkenan kepada Allah kalau kita mencari teladan leluhur untuk menentukan tugas, gantinya kita menyelidiki sendiri Firman kebenaran itu. Tanggungjawab kita lebih besar dari nenek moyang kita. Kita bertanggungjawab ats terang yang mereka terima, dan yang diturunkan kepada kita sebagai warisan bagi kita. Dan kita juga bertanggungjawab atas terang tambahan yang sekarang bersinar atas kita dari firman Allah.
Kristus berkata kepada orang Yahudi yang tidak percaya, "Sekiranya aku tidak datang dan tidak berkata kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka"( Johanes 15:22). Kuasa ilahi yang sama telah berbicara melalui Luther kepada kaisar dan para pangeran Jerman. Dan sementara terang bersinar dari firman Allah, Roh Nya membujuk para hadirin untuk yang terakhir kalinya. Seperti Pilatus berabad abad yang lalu, membiarkan kesombongan dan popularitas menutup hatinya terhadap Penebus dunia; seperti Felix yang berkata kepada utusan kebenaran, "Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau;" dan seperti Agrippa yang sombong mengakui, "Hampir hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen,"( Kisah 24:25; 26:28), namun berpaling dari pekabaran Surgawi itu, demikianlah Charles V., yang menyerah kepada ketentuan kesombongan dan kebijakan duniawi, sehingga memutuskan menolak terang kebenaran.
Desas desus mengenai tindakan terhadap Luther telah tersebar luas, menyebabkan kegemparan besar diseluruh kota itu. Pembaharu itu telah mempunyai banyak sahabat, yang bertekad untuk tidak mengorbankannya, karena mereka mengetahui kekejaman yang akan dilakukan oleh Roma kepada semua orang yang berani mengungkapkan kekejamannya. Ratusan kaum bangsawan bersumpah untuk melindunginya. Tidak sedikit yang secara terbuka mencela pengumuman kerajaan sebagai tanda kelemahan, menyerah kepada kekuasaan Roma. Digerbang gerbang rumah dan ditempat tempat umum, ditempelkan kertas pengumuman. Sebagian mengutuk dan sebagian lagi membela Luther. Salah satu kertas pengumuman itu telah dituliskan dengan kata kata orang bijak, "Wai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak kanak" (Pengkhotbah 10:16). Semangat dukungan populer kepada Luther diseluruh Jerman meyakinkan baik kaisar maupun Mahkamah, bahwa setiap tindakan yang tidak adil kepada Luther akan membahayakan perdamaian diseluruh kekaisaran, dan bahkan stabilitas takhta.
Frederick dari Saxony tetap tenang namun mengamati keadaan, menyembunyikan dengan hati hati perasaannya terhadap Pembaharu. Sementara pada waktu yang sama ia menjaga dirinya tanpa mengenal lelah, memperhatikan gerak geriknya dan gerak gerik musuh musuhnya. Tetapi banyak juga yang tidak berusaha menyembunyikan rasa simpatinya kepada Luther. Ia dikunjungi oleh para pangeran, kaum bangsawan, orang orang terkemuka, baik awam maupun para ulama. "Kamar doktor yang sempit," tulis Spalatin, "tidak dapat menampung semua pengunjung yang datang." Martyn, Vol. I, p. 404. Orang orang memandang kepadanya seolah olah ia lebih dari sekedar manusia. Bahkan orang orang yang tidak percaya kepada ajaran ajarannyapun mengagumi integritasnya yang tinggi, yang membuatnya berani mati daripada melanggar hati nuraninya.
Usaha yang sungguh sungguh dilakukan untuk memperoleh persetujuan Luther untuk berkopromi dengan Roma. Kaum bangsawan dan para pangeran menyampaikan kepadanya bahwa jika ia tetap pada pendiriannya menentang gereja dan konsili, ia akan dilenyapkan dari kekaisaran, dan dia tidak akan mempunyai perlindungan lagi. Luther memberi jawaban kepada usaha ini, "Injil Kristus tidak dapat dikhotbahkan tanpa perlawanan . . . . Kalau begitu mengapa rasa takut atau cemas akan bahaya memisahkan aku dari Tuhanku dan dari firman Nya, yang adalah kebenaran satu satunya? Tidak. Lebih baik saya serahkan tubuhku, darahku dan hidupku." D'Aubigne, b. 7, ch. 10.
Sekali lagi ia didesak agar menyerah kepada pengadilan kaisar, dan kemudian tidak ada lagi yang perlu ditakutkan. "Aku setuju," jawabnya, "dengan segenap hatiku, agar kaisar, para pangeran dan bahkan orang Kristen yang paling hina, harus memeriksa dan menimbang karya karyaku, tetapi dengan satu syarat, bahwa mereka membuat firman Allah sebagai ukuran. Manusia tidak bisa berbuat lain selain menurutinya. Janganlah bertindak kejam terhadap hati nuraniku yang terikat dan terantai kepada Alkitab." Idem, b.7, ch. 10.
Kepada himbauan lain ia berkata, "Aku setuju melepaskan surat jaminan keselamatanku. Saya menempatkan diriku dan hidupku ditangan kaisar, tetapi firman Allah . . . sekali lagi tidak!" Idem, b. 7, ch. 10. Ia mengatakan kesediaannya menyerah kepada keputusan konsili umum, tetapi hanya dengan syarat bahwa konsili diminta memutuskan sesuai dengan Alkitab. Selanjutnya ia menambahkan, "Dalam urusan apa firman Allah dan iman setiap orang Kristen disamakan dengan paus dalam menghakimi meskipun didukung oleh sejuta konsili." Martyn, Vo. I, p. 410. Akhirnya baik kawan maupun lawan yakin bahwa usaha usaha selanjutnya untuk perdamaian tidak akan ada gunanya.
Kalau saja Pembaharu itu menyerah dalam satu hal saja, Setan bersama pengikut pengikutnya akan memperoleh kemenangan. Tetapi keteguhannya yang tak tergoyahkan itu, menjadi sarana pembebasan gereja untuk memulai era baru yang labih baik. Pengaruh orang yang satu ini, yang berani berpikir dan bertindak bagi dirinya dalam masalah masalah agama, telah mempengaruhi gereja dan dunia, bukan saja pada zamannya, tetapi juga pada semua generasi yang akan datang. Keteguhannya dan kesetiaannya akan menguatkan semua orang yang akan melalui pengalaman yang serupa pada akhir zaman. Kuasa dan kebesaran Allah mengatasi pemikiran manusia dan mengatasi kekuasaan besar Setan.
Luther segera diperintahkan oleh kaisar untuk kembali ke kampung halamannya. Dan dia tahu bahwa perintah ini akan segera disusul oleh penghukumannya. Awan gelap yang menakutkan membayangi jalannya. Tetapi sementara ia meninggalkan kota Worms, hatinya dipenuhi sukacita dan pujian. "Iblis sendiri," katanya, "mengawal benteng paus; tetapi Kristus telah menerobosnya, dan Setan terpaksa mengakui bahwa Tuhan lebih berkuasa daripadanya." D'Aibigne, b. 7, ch. 11.
Setelah keberangkatannya, ia masih ingin agar ketetapan pendiriannya jangan dianggap salah sebagai suatu pemberontakan. Ia menulis kepada kaisar. "Allah yang menyelidiki segala hati, adalah saksiku," katanya, "bahwa saya siap sedia dengan sungguh sungguh mematuhi yang mulia, dalam kehormatan atau tidak, dalam kehidupan atau kematian, dan tanpa kecuali dalam firman Allah, oleh mana manusia hidup. Dalam semua liku liku permasalahan hidup masa kini, kesetiaanku tidak tergoyahkan, oleh karena disini kalah atau menang tidak mempengaruhi keselamatan. Akan tetapi kalau dikaitkan dengan kekekalan, Allah tidak mau bahwa manusia menyerah kepada manusia. Oleh karena penyerahan seperti itu dalam masalah kerohanian adalah perbaktian yang sebenarnya, maka kita berbakti hanya kepada Allah saja." Idem, b. 7, ch. 11.
Dalam perjanannya pulang dari Worms, sambutan terhadap Luther lebih semarak dibandingkan dengan pada waktu ia pergi. Para ulama yang ramah dan baik hati menyambut biarawan yang dikucilkan itu, dan pejabat pejabat pemerintah menghormati orang yang telah dikutuk oleh kaisar. Ia diminta untuk berkhotbah, dan walaupun ada larangan kekaisaran, ia sekali lagi naik ke mimbar. "Aku tidak pernah berjanji kepada diriku untuk merantai firman Allah, dan tidak akan saya laukan," katanya. Martyn, Vol. I, p. 420.
Tidak berapa lama setelah ia meninggalkan Worms, para pengikut kepausan mendesak kaisar untuk mengeluarkan satu dekrit melawan Luther. Dalam dekrit itu Luther dicela sebagai "Setan sendiri dalam bentuk manusia dan berpakaian jubah biarawan." D'Aubigne, b. 7, ch. 11. Diperintahkan agar segera setelah surat jaminan keselamatan habis masa berlakunya, diambil langkah langkah untuk menghentikan kegiatannya. Semua orang dilarang untuk menyembunyikannya, memberinya makanan atau minuman, atau membantunya atau bersekongkol dengannya dengan kata kata atau tindakan, dimuka umum atau secara pribadi. Ia harus ditangkap dimana saja memungkinkan, dan menyerahkannya kepada penguasa. Pengikut pengikutnya juga akan dipenjarakan, dan harta mereka disita. Tulisan tulisannya akan dimusnahkan, dan akhirnya, semua yang berani bertindak bertentangan dengan dekrit ini akan menerima hukuman yang sama. Penguasa Saxony, dan para pangeran yang bersahabat dengan Luther, telah meninggalkan kota Worms segera setelah Luther meninggalan Worms, dan dekrit kaisar itu mendapat sanksi dari Mahkamah. Sekarang para pengikut Romawi kegirangan karena merasa menang. Mereka menganggap nasib Pembaharuan telah ditutup termeterai.
Allah telah menyediakan jalan kelepasan bagi hamba Nya pada saat genting seperti ni. Mata yang terus waspada, yang tidak pernah tertidur, mengawasi gerak gerik Luther. Dan hati yang benar dan agung telah memutuskan untuk menyelamatkannya. Sudah jelas bahwa Roma tidak akan puas kalau Luther belum mati. Hanya dengan menyembunyikannya nyawanya dapat diselamatkan dari mulut singa. Allah memberikan kebijaksanaan kepada Frederick dari Saxony untuk membuat suatu rencana penyelamatan Pembaharu itu. Dengan kerjasama sahabat sahabat sejati, rencana penguasa Saxony ini dapat dijalankan, dan Luther dapat disembunyikan dengan baik dari sahabat sahabat dan musuh musuhnya. Dalam perjalanan pulang ia ditangkap dan dipisahkan dari pengikut pengikutnya, dan dengan segera dibawa melalui hutan ke kastel Wartburg, suatu benteng terpencil dipengunungan. Baik penangkapannya maupun penyembunyiannya dilakukan secara misterius sehingga Frederick sendiripun, untuk beberapa waktu lamanya, tidak tahu kalau kalau rencana itu sudah dijalankan. Ketidak tahuan ini bukanlah secara kebetulan. Selama Frederick tidak tahu dimana Luther berada, selama itu pula ia tidak bisa menyatakannya. Ia merasa puas bahwa Pembaharu itu aman.
Musim bunga, musim panas dan musim gugurpun berlalu. Dan musim dinginpun tiba, dan Lutherpun masih tetap sebagai tawanan. Aleander dan pengikut pengikutnya bergembira karena terang Injil itu seolah olah akan padam. Tetapi sebaliknya, Pembaharu itu sedang mengisi minyak lampunya dan perbendaharaan kebenaran, agar sinarnya memancar lebih terang.
Dalam pengamanan Wartburg, untuk sementara, Luther merasa gembira karena terbebas dari kekacauan dan panasnya peperangan. Tetapi ia tidak merasa puas berlama lama berdiam diri dan beristirahat. Karena sudah biasa dengan kehidupan yang aktif dan pertentangan yang keras, ia tidak tahan tetap tanpa kegiatan. Selama hari hari hidup menyendiri itu, gereja bangkit dihadapannya sehingga ia berseru dalam keputus asaan, "Aduh! tak seorangpun pada hari teakhir murka Nya, yang dapat berdiri bagaian tembok dihadapan Tuhan, dan menyelamatkan Israel!" Idem, b. 9, ch. 2. Sekali lagi, ia memikirkan dirinya sendiri, dan ia takut dicap sebagai pengecut ole karena menarik diri dari arena perjuangan. Akhirnya ia mempersalahkan dirinya karena bermalas malas dan memanjakan diri. Namun pada waktu yang sama setiap hari ia melakukan tugas yang tampaknya tidak mungkin dilakukan oleh seorang. Penanya tidak pernah malas. Sementara musuh musuhnya memuji diri oleh karena Luther sudah diam, mereka dikejutkan dan dibingungkan oleh bukti nyata bahwa Luther masih aktif. Sejumlah besar risalah risalah yang ditulisnya, diedarkan diseluruh Jerman. Ia juga melakukan suatu jasa kepada bangsanya dengan menerjemahkan buku Perjanjian Baru kedalam bahasa Jerman. Dari "Patmos"nya yang berbatu batu ia terus menyiarkan Injil hampir sepanjang tahun, menegur dan mencela dosa dosa dan kesalahan kesalahan pada masa itu.
Akan tetapi bukan hanya sekedar melindungi Luther dari angkara murka musuh musuhnya, atau bahkan memberinya waktu yang tenang untuk pekerjaan penting ini, sehingga Allah menarik hamba hamba Nya dari panggung kehidupan umum. Ada hasil yang lebih berharga dari itu yang akan diperolehnya. Ditempat pengasingan yang terpencil dan tidak diketahui orang ini, Luther terpisah dari dukungan duniawi, dan dari sanjungan manusia. Dengan demikian ia terhindar dari kesombongan dan kepercayaan pada diri sendiri yang sering disebabkan oleh keberhasilan. Oleh penderitaan dan kehinaan ia telah dipersiapkan kembali untuk berjalan dengan aman diatas ketinggian kemana ia tiba tiba dinaikkan.
Pada waktu orang orang bersukacita dalam kebebasan yang diberikan oleh kebenaran kepada mereka, mereka cenderung menyanjung mereka yang dipakai Allah untuk memutuskan rantai kesalahan dan ketakhyulan. Setan berusaha untuk mengalihkan pikiran dan kasih manusia dari Allah, dan menujukan kepada manusia. Ia memimpin mereka menghormati alat alat dan melupakan Tangan yang mengatur semua kejadian kejadian dan pemeliharaan. Terlalu sering pemimpin pemimpin agama yang dipuji puji dan dihormati kehilangan rasa ketergantungan mereka kepada Allah dan menaruh percaya pada diri sendiri. Akibatnya, mereka berusaha menguasai pikiran dan hati nurani orang orang, yang cenderung mencari tuntunan dari mereka, gantinya mencari dari firman Allah. Pekerjaan pembaharuan itu sering menjadi lambat karena roh seperti itu dimanjakan oleh para pendukungnya. Allah akan menjaga usaha Pembaharuan dari bahaya ini. Ia rindu agar pekerjaan ini menerima, bukan pengaruh manusia, tetapi pengaruh Allah. Mata orang orang telah ditujukan kepada Luther sebagai penerang kebenaran. Ia diasingkan agar semua mata boleh ditujukan kepada Pencipta kebenaran abadi itu.

LUTHER DIHADAPAN MAHKAMAH

Seorang kaisar baru, Charles V, naik takhta di Jerman. Dan dengan segera utusan Roma menyampaikan ucapan selamat mereka, dan mengajak kaisar itu untuk menggunakan kuasanya melawan Pembaharuan. Sebaliknya, penguasa Saxony, kepada siapa kaisar Charles V berhutang budi untuk mahkotanya, memohon kepadanya agar jangan mengambil tindakan terhadap Luther sebelum ia memberikan waktu kepada Luther untuk didengar. Dengan demikian kaisar berada pada posisi yang sulit dan membingungkan. Para pengikut paus akan merasa puas kalau saja raja memerintahkan menjatuhkan hukuman mati bagi Luther. Penguasa Saxony telah dengan tegas menyatakan bahwa "baik kepada sri baginda kaisar maupun kepada seseorang lain telah ditunjukkan bahwa tulisan tulisan Luther belum bisa dibantah," oleh sebab itu ia meminta, "agar Dr. Luther diberi surat jalan jaminan keselamatan agar ia bisa menghadap pengadilan yang terdiri dari kaum terpelajar, orang orang saleh dan para hakim yang adil." D'Aubigne, b. 6, ch. 11.
Perhatian semua pihak sekarang tertuju kepada mahkamah negara Jerman yang akan bersidang di Worms, segera sesudah penobatan Charles menjadi kaisar. Ada masalah masalah politik dan kepentingan yang harus dipertimbangkan oleh konsili nasional ini. Untuk pertama kalinya para pangeran Jerman bertemu dengan rajanya yang masih muda dimahkamah perundingan. Dari seluruh pelosok negeri telah berdatangan para pemuka agama dan pemerintahan. Para penguasa, para bangsawan yang berkuasa yang bangga atas hak hak warisan mereka, para rohaniawan yang bangga dengan menyadari kedudukan mereka yang tinggi dan berkuasa, para kesatria dengan pembawa senjatanya, dan para duta besar negara negara asing dan negeri negeri yang jauh, semuanya berkumpul di Worms. Namun, yang menjadi pokok masalah yang menarik perhatian yang terbesar di mahkamah itu ialah masalah Pembaharu dari Saxony itu.
Sebelumnya kaisar Charles telah menunjuk penguasa Saxony untuk membawa Luther bersamanya ke mahkamah, dengan jaminan perlindungan, dan menjanjikan akan mengadakan diskusi bebas dengan orang orang yang berkompeten dalam masalah masalah yang diperdebatkan. Luther sudah sangat rindu untuk menghadap kaisar. Kesehatannya pada waktu ini sangat memburuk, namun ia menulis kepada penguasa Saxony, "Kalau saya tidak bisa pergi dalam keadaan sehat ke Worms, saya akan diusung kesana dalam keadaan sakit seperti sekarang ini. Oleh karena jika kaisar memanggil saya, saya tidak menyangsikan bahwa panggilan itu adalah panggilan Allah Sendiri. Jika mereka menginginkan membuat keributan terhadap saya, dan sangat besar kemungkinannya (karena bukan atas perintah mereka saya disuruh menghadap), saya akan menyerahkan masalah itu ketangan Tuhan. Dia masih tetap hidup dan memerintah, yang telah memelihara tiga orang pemuda didalam dapur api yang bernyala nyala. Jikalau Dia tidak menyelamatkan aku, hidupku kurang berarti. Marilah kita cegah Injil itu dari jatuh kepada hinaan orang jahat, dan marilah kita tumpahkan darah kita demi Injil itu, agar mereka yang takut akan firman itu memperoleh kemenangan. Bukanlah hakku untuk menentukan apakah kehidupanku atau kematianku menyebabkan keselamatan semua orang . . . . Yang mulia bisa mengharapkan segala sesuatu daripadaku . . . kecuali melarikan diri dan menarik mundur keyakinan saya. Saya tidak bisa melarikan diri, dan demikian juga menarik kembali ajaran ajaranku." Idem, b. 7, ch. 1.
Pada waktu berita tersiar di Worms bahwa Luther akan menghadap mahkamah, terjadilah kegemparan umum. Aleander, utusan paus, kepada siapa kasus ini secara khusus dipercayakan, terkejut dan marah. Ia melihat bahwa akibat semua ini akan membahayakan kepentingan kepausan. Penyelidikan mahkamah terhadap sesuatu kasus yang telah diputuskan paus dengan hukuman mati akan mendatangkan penghinaan kepada kekuasaan dan kedaulatan paus. Lebih jauh, ia juga khawatir, bahwa kemahiran berbicara dan kemampuan berargumentasi Luther akan dapat mengalihkan para pangeran dari kepentingan dan ketaatannya kepada paus. Oleh sebab itu ia mengajukan protes keras kepada Charles mengenai rencana menghadirkan Luther di Worms. Kira kira pada waktu itu surat keputusan pengucilan Luther telah dikeluarkan. Dan ini, ditambah dengan kehadiran utusan paus itu mendesak kaisar untuk menerimanya. Ia menulis surat kepada penguasa Saxony, bahwa jika Luther tidak mau menarik kembali ajaran ajarannya, ia harus tetap tinggal di Wittenberg.
Belum lagi puas dengan kemenangan ini, Aleander bekerja keras dengan segala kemampuan dan kekuasaan untuk mewujudkan hukuman Luther. Dengan kegigihannya ia mendesak perhatian para pangeran, pejabat pejabat tinggi gereja, dan anggota anggota mahkamah yang lain agar menuduh Pembaharu itu dengan tuduhan "penghasutan, pemberontakan, tidak hormat kepada Tuhan, dan penghujatan." Akan tetapi kekerasan dan nafsu yang ditunjukkan oleh utusan paus itu menunjukkandengan jelas roh yang menggerakkannya. "Ia digerakkan oleh kebencian dan rasa balas dendam," kata orang orang, "bukannya oleh kesungguh sungguhan dan kesalehan." Idem, b. 7, ch. 1. Mayoritas peserta mahkamah itu cenderung mendukung masalah Luther itu lebih dari sebelumnya.
Dengan melipat gandakan usaha, Aleander mendesak kaisar agar melaksanakan keputusan paus. Tetapi, sesuai dengan hukukm yang berlaku di Jerman, hal ini tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan para pangeran. Oleh karena akhirnya kaisar kalah atas desakan utusan kepausan, ia menyuruh utusan kepausan itu membawa kasus itu ke mahkamah. "Hari itu adalah hari kesembongan bagi duta paus. Mahkamah itu sungguh besar, tetapi masalah lebih besar lagi. Aleander membela kepentingan Roma, . . . ibu suri dan induk semua gereja." Ia harus mempertahankan kepangeranan Petrus dihadapan kumpulan kekuasaan dunia Kekristenan. "Ia mempunyai karunia berbicara dan pada waktu yang sama ia diagungkan. Allah menyuruh agar Roma hadir dan membela diri dengan ahli pidatonya yang terbaik dihadapan pengadilan yang termulia, sebelum ia dinyatakan bersalah." Wylie, b. 6, ch. 4. Dengan ragu ragu, mereka yang memihak kepada Pembaharu, menunggu akibat dari pidato Aleander. Penguasa Saxony tidak hadir, tetapi atas perintahnya beberapa orang penasihatnya mencatat amanat utusan paus itu.
Dengan segala kemampuan pengetahuan dan kemahiran berbicara, Aleander berusaha melenyapkan kebenaran. Tuduhan demi tuduhan dilontarkan kepada Luther sebagai musuh gereja dan negara, musuh orang yang masih hidup maupun yang sudah mati, musuh para alim ulama maupun orang awam, anggota anggota konsili maupun orang orang Kristen biasa. Ia menyatakan, "Oleh karena kesalahan Luther seratus ribu orang bida'ah" harus dibakar.
Sebagai kesimpulan ia berusaha mencela pengikut pengikut iman yang diperbaharui, "Apalah semua pengikut Luther itu? Mereka adalah sekelompok guru guru biadab, imam imam bejat, biarawan biarawan tak bermoral, pengacara pengacara dungu, dan bangsawan bangsawan hina dan rakyat biasa yang telah ditipu dan disesatkan. Betapa lebih tinggi kelompok Katolik dari mereka dalam jumlah, kemampuan dan kuasa! Suatu dekrit suara bulat dari mahkamah yang mulia ini akan memberi kejelasn bagi orang sederhana, mengamarkan yang kurang hati hati, meneguhkan hati yang bimbang dan memberikan kekuatan pada yang lemah." D'Aubigne, b. 7, ch. 3.
Dengan senjata yang sama penganjur penganjur kebenaran diserang pada sepanjang zaman. Argumen argumen serupa masih terus dihadapkan kepada mereka yang berani menyatakan ajaran firman Tuhan yang langsung dan jelas itu untuk melawan kesalahan yang sudah ditetapkan. "Siapa siapakah pengkhotbah doktrin doktrin baru ini?" seru mereka yang menginginkan agama populer. "Mereka tidak terpelajar, jumlahnya sedikit, dan terdiri dari golongan orang orang miskin. Namun mereka mengatakan mempunyai kebenaran, dan menjadi umat pilihan Allah. Mereka itu bodoh dan ditipu. Betapa gereja kita lebih unggul dalam jumlah dan pengaruh! Betapa banyak orang besar dan terpelajar ada diantara kita! Betapa banyak kuasa ada dipihak kita! "Inilah argumentasi argumentasi yang sangat berpengaruh atas dunia ini. Tetapi argumentasi itu tidak lebih berpengaruh sekarang daripada waktu zamannya Pembaharu itu. Pembaharuan tidak berakhir bersama Luther, sebagaimana banyak orang mengira. Pembaharuan itu akan diteruskan sampai penutupan sejarah dunia. Luther mempunyai tugas besar merefleksikan terang itu kepada orang lain yang telah diizinkan Allah bersinar kepadanya. Namun, ia belum menerima semua terang yang akan diberikan kepada dunia ini. Sejak waktu itu sampai sekarang terang yang baru bersinar terus atas Alkitab, dan kebenaran kebenaran baru terus dibukakan.
Amanat utusan paus itu memberikan kesan mendalam bagi mahkamah. Luther yang mempunyai kebenaran yang jelas dan meyakinkan dari Firman Allah tidak hadir untuk mengalahkan jagonya kepausan itu. Tak ada usaha yang dilakuka untuk mempertahankan Pembaharu itu. Ada gejala gejala kecenderungan umum bukan saja mempersalahkan Luther dan doktrin doktrin yang diajarkannya, tetapi jika mungkin, menumpas semua bida'ah. Roma menikamti kesempatan yang paling menyenangkan untuk mempertahankan kepentingannya. Semua yang bisa ia katakan untuk membuktikan kebenarannya sendiri sudah ia katakan. Akan tetapi kemenangan nyata itu adalah pertanda kekalahan. Sejak waktu itu perbedaan antara kebenaran dan kesalahan akan terlihat lebih jelas, sementara keduanya melakukan perang terbuka. Sejak waktu itu kedudukan Roma tidak lagi seaman sebelumnya.
Meskipun sebahagian besar anggota mahkamah tidak keberatan kepada pembalasan Roma, tetapi banyak dari antara mereka melihat dan menyesalkan kemerosotan moral yang terjadi di dalam gereja, dan menginginkan suatu pemeberantasan penyalah gunaan yang diderita oleh orang orang Jerman yang diakibatkan oleh korupsi dan ketamakan hirarki. Utusan paus telah menyajikan peraturan kepausan dengan sangat terang. Sekarang Tuhan menggerakkan hati seorang anggota mahkamah untuk memberikan gambaran yang benar akibat dari kelaliman kepausan. Duke George berdiri dengan teguh dihadapan musyawarah dan dengan sangat tepat memaparkan penipuan penipuan dan kemurkaan kepausan dan akibat akibatnya yang mengerikan. Sebagai penutup ia mengatakan, "Inilah beberapa penyalah gunaan yang diteriakkan terhadap Roma. Semua perasaan malu telah dikesampingkan, dan tujuan mereka satu satunya ialah . . . . uang, uang, uang . . . sehingga para pengkhotbah yang seharusnya mengajarkan kebenaran tidak mengucapkan apa apa selain kepalsuan. Dan kepalsuan ini bukan saja diterima, tetapi diberi penghargaan, sebab semakin besar kebohongan, semakin besar keuntungannya. Dari mata air yang kotor inilah mengalir air yang cemar. Kebejatan membukakan tangannya kepada ketamakan dan keserakahan akan harta . . . . Oh, skandal para ulamalah yang menjebloskan banyak jiwa jiwa yang malang kedalam hukuman yang kekal. Suatu pembaharuan umum harus dilakukan." Idem, b. 7, ch. 4.
Penyelewengan kepausan yang hebat tidak bisa disampaikan Luther sendiri. Dan fakta bahwa pembicara adalah musuh utama Pembaharu, akan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada kata katanya.
Seandainya mata para peserta musyawarah terbuka, mereka akan melihat para malaikat Allah berada di tengah tengah mereka memancarkan sinar sinar terang menerangi kegelapan kesalahan dan kepalsuan, dan membuka pikiran dan hati mereka untuk menerima kebenaran. Adalah kuasa kebenaran dan akal budi Allah yang menguasai bahkan lawan lawan Pembaharuan, dan dengan demikian menyediakan jalan bagi pekerjaan besar yang akan dicapai. Martin Luther tidak hadir di mahkamah itu, tetapi suara Seseorang yang lebih besar dari Luther telah diperdengarkan disitu.
Mahkamah segera membentuk sebuah komite untuk menyusun satu daftar penindasan kepausan yang begitu membebani kehidupan orang Jerman. Daftar yang berisi seratus satu malam penindasan ini diserahkan kepada kaisar, dengan permohonan agar segera mengambil tindakan untuk memperbaiki penyalah gunaan itu. "Betapa banyaknya jiwa orang Kristen yang hilang, " kata para pemohon, " betapa banyaknya perampasan, pemerasan yang dilakukan oleh skandal yang mengelilingi dunia Kekristenan! Adalah kewajiban kita untuk mencegah bangsa kita dari kehancuran dan kehinaan. Untuk alasan inilah kami memohon dengan kerendahan hati tetapi dengan sangat agar kaisar memerintahkan pembaharuan umum dan bertanggungjawab mengenai pelaksanaannya." Idem, b. 7, ch. 4.
Sekarang konsili menghendaki kehadiran Pembaharu itu dihadapan mereka. Walaupun Aleander memohon, memprotes, dan mengancam, akhirnya kaisar menyetujuinya dan Luther diperintahkan untuk hadir didepan mahkamah. Bersama sama dengan surat perintah itu dikeluarkan juga surat jaminan keselamatan, untuk menjaminnya kembali ketempat yang aman. Surat surat ini dibawa ke Wittenberg oleh seorang pengawal yang ditugaskan untuk membawaya ke Worms.
Sahabat sahabat Luther takut dan cemas. Mengetahui prasangka buruk dan rasa permusuhan mereka terhadap Luther, sahabat sahabat Luther khawatir kalau kalau surat jaminan keselamatan itu sendiri tidak dihargai. Dan mereka meminta agar jangan membahayakan hidup Luther. Luther menjawab, "Para pengikut kepausan tidak menginginkan kedatangan saya ke Worms. Yang mereka inginkan ialah hukuman dan kematian saya. Tidak ada masalah. Janganlah berdoa untuk saya, tetapi berdoalah untuk firman Tuhan . . . . Kristus akan memberikan Roh Nya kepada saya untuk mengalahkan pelayan pelayan kepalsuan itu. Saya tidak mengacuhkan mereka selama hidupku, dan aku akan bergembira karena mengalahkan mereka oleh kematianku. Mereka sekarang sibuk di Worms untuk memaksa saya menarik kembali ajaran ajaran saya. Dan inilah penarikan kembali saya: saya sudah katakan sebelumya bahwa paus adalah wakil Kristus, dan sekarang saya menyatakan bahwa dia adalah lawan Tuhan kita, dan rasul Setan." Idem, b. 7, ch. 6.
Luther tidak mengadakan perjalanan berbahaya itu sendirian. Selain pesuruh kerajaan, tiga orang sahabatnya yang paling karib memastikan untuk menyertai dia. Melanchthon sungguh sungguh ingin pergi bersamanya. Hatinya begitu terjalin dengan hati Luther, dan ia rindu untuk mengikutinya, kalau perlu, kedalam penjara atau kepada kematian. Tetapi permohonannya ditolak. Seandainya Luther harus binasa, maka harapan Pembaharuan harus terpusat kepada teman sekerjanya yang masih muda ini. Luther berkata pada waktu berpisah dari Melanchthon, "Jikalau seandainya saya tidak kembali, dan musuh musuh saya membunuh saya, teruskanlah mengajar dan berdiri teguh dalam kebenaran. Bekerjalah sebagai penggantiku . . . . Jikalau engkau bertahan hidup terus, maka kematianku tidak berakibat apa apa." Idem, ch. 7. Para mahasiswa dan rakyat banyak yang menyaksikan keberangkatan Luther sangat terharu. Orang banyak yang hatinya telah dijamah oleh kabar Injil, mengucapkan selamat jalan dengan menangis. Demikianlah Pembaharu itu bersama teman temannya berangkat dari Wittenberg.
Sepanjang perjalanan, mereka melihat bahwa pikiran orang orang diganggu oleh firasat buruk. Dibeberapa kota tidak ada penghormatan yang diberikan kepada mereka. Pada waktu mereka berhenti untuk beristirahat pada malam hari, seorang imam yang ramah menyatakan kekhawatirannya dengan menunjukkan kepada Luther gambar seorang pembaharu bangsa Italia yang telah mengalami mati syahid. Hari berikutnya mereka mengetahui bahwa tulisan tulisan Luther telah diharamkan dan dilarang di Worms. Para pesuruh kekaisaran telah mengumumkan dekrit kaisar, dan menghimbau orang orang untuk membawa karya karya Luther yang dilarang itu kepada pengadilan. Pengawal, khawatir akan keselamatan Luther pada konsili itu, dan berpikir mungkin keputusan Luther mulai goyah, bertanya kalau kalau ia masih ingin terus pergi. Luther menjawab, "Meskipun dilarang disetiap kota, saya akn jalan terus." Idem, ch. 7.
Di Erfurt, Luther disambut dengan hormat. Ia dikelilingi oleh banyak orang pada waktu ia melewati jalan jalan kota yang dulu sering ditelusurinya dengan membawa kantong sebagai peminta minta. Ia mengunjungi kamar biara yang pernah ditempatinya, sambil merenungkan perjuangan melalui mana sinar terang yang sekarang membanjiri Jerman telah dicurahkan kepada jiwanya. Ia diminta untuk berkhotbah. Hal ini sebenarnya telah dilarang baginya, tetapi pengawalnya mengizinkannya, dengan demikian maka biarawan yang pernah bekerja keras di biara itu sekarang naik mimbar.
Kepada perkumpulan yang penuh sesak itu ia mngucapkan perkataan Kristus, "Damai sejahtera bagi kamu." "Para ahli filsafat, para doktor dan para penulis, " katanya, "telah berusaha mengajarkan kepada manusia cara untuk memperoleh hidup yang kekal, dan mereka itu tidak berhasil. Sekarang saya memberitahukan kepadamu, . . . bahwa Allah telah membangkitkan seorang Manusia dari kematian, Tuhan kita Yesus Kristus, agar Dia membinasakan kematian, membasmi dosa sampai keakar akarnya, dan menutup pintu naraka. Inilah pekerjaan keselamatan, . . . Kristus telah memenangkannya! Inilah berita sukacita. Dan kita diselamatkan oleh usaha Nya, dan bukan oleh usaha kita. . . . Tuhan kita Yesus Kristus berkata, 'Damai sejahtera bagi kamu. Lihatlah tangan Ku.' Sebenarnya yang ia katakan ialah, Lihatlah, hai manusia! adalah Aku, Aku sendiri satu satunya, yang telah menghapuskan dosamu dan yang telah menebus engkau. Dan sekarang engkau beroleh kedamaian, kata Tuhan." Idem, b. 7, ch. 7.
Ia melanjutkan, menunjukkan bahwa iman yang benar akan dinyatakan oleh kehidupan yang kudus. "Oleh karena Allah telah menyelamatkan kita, marilah kita mengatur pekerjaan kita sedemikian rupa agar berkenan kepada Nya. Apakah engkau kaya? biarlah kekayaanmu digunakan untuk keperluan orang orang miskin. Apakah engkau miskin? biarlah pelayananmu berkenan kepada orang kaya. Jikalau usahamu hanya berguna bagimu saja, maka pelayanan yang kamu sangka diberikan kepada Allah adalah dusta." Idem, b. 7, ch. 7.
Orang orang mendengar dengan terpesona. Roti hidup telah dibagi bagikan kepada jiwa jiwa yang lapar itu. Kristus ditinggikan dihadapan mereka mengatasi para paus, para utusan paus, para kaisar dan raja raja. Luther tidak menyinggung kedudukannya yang penuh bahaya. Ia tidak berusaha membuat dirinya pusat perhatian atau simpati. Ia tidak memikirkan dirinya oleh karena Kristus. Ia berlindung dibelakang Orang dari Golgota itu, dan memikirkan hanya untuk menyatakan Yesus sebagai Penebus orang orang berdosa.
Sementara Pembaharu meneruskan perjalanannya, dimana mana ia disambut dengan perhatian besar. Orang orang berkerumun mengelilinginya, dan suara suara bersahabat mengamarkannya mengenai maksud para pengikut Roma. "Mereka akan membakarmu," kata beberapa orang, "dan memperabukan tubuhmu seperti yang mereka lakukan pada John Huss." Luther menjawab, "Walaupun mereka menyalakan api sepanjang jalan dari Worms ke Wittenberg, dan nyala api itu sampai ke langit, saya akan menjalaninya dalam nama Tuhan. Saya akan tampil dihadapan mereka. Saya akan masuk kedalam rahang raksasa ini dan mematahkan gigi giginya, dan sambil mengakui Tuhan Yesus Kristus." Idem, b. 7, ch. 7.
Kabar semakin mendekatnya ia kekota Worms menimbulkan kegemparan. Sahabat sahabatnya takut mengenai keselamatannya. Musuh musuhnya takut keberhasilan mereka terganggu. Usaha keras dilakukan untuk mencegahnya memasuki kota. Atas dorongan para pengikut paus, ia telah diajak ke sebuah kastel seorang ksatria yang ramah, dimana dinyatakan bahwa semua masalah atau kesulitan dapat diatur secara bersahabat. Sahabat sahabatnya berusaha menunjukkan ketakutan mereka dengan menjelaskan bahaya bahaya yang mengancamnya. Tetapi semua usaha mereka gagal. Luther tanpa goyah, mengatakan, "Sekalipun ada Setan di Worms sebanyak genteng yang diatas rumah rumah, saya tetap akan memasukinya." Idem, b. 7, ch. 7.
Sementara ia memasuki kota Worms, orang banyak berkerumun di pintu gerbang kota untuk menyambut dia. Begitu besar penyambutan itu, bahkan kaisar sendiripun belum pernah disambut seperti itu. Kegembiraan pada waktu itu begitu meluap luap. Dan dari tengah tengah orang banyak itu terdengar suara nyaring bernada sedih yang berulang ulang menerikakkan nada ratapan penguburan, sebagai amaran kepada Luther mengenai nasib yang menantinya. "Allah akan menjadi pelindungku," katanya, sementara ia turun dari keretanya.
Para pengikut paus sebelumnya tidak percaya kalau Luther berani untuk tampil di Worms, sehingga kedatangannya membuat mereka dipenuhi ketakutan. Kaisar dengan segera meminta para penasihatnya untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan. Salah seorang imam, pengikut paus yang keras, menyatakan, "Sudah lama kita diminta pendapat mengenai masalah ini. Biarlah yang mulia melenyapkan orang ini dengan segera. Bukankah kaisar Sigismund yang menyebabkan John Huss mati dibakar? Kita tidak berkewajiban untuk memberi atau mematuhi surat jaminan keselamatan seorang bida'ah." "Tidak," kata kaisar, "kita harus mengingat janji kita." Idem, b. 7, ch. 8. Itulah sebabnya diputuskan bahwa Pembaharu itu harus didengar.
Seluruh penduduk kota itu ingin melihat orang luar biasa ini, dan banyaklah pengunjung yang memenuhi penginapan pengipan. Luther belum sembuh benar dari penyakitnya. Ia sangat letih oleh karena perjalanan yang memakan waktu dua minggu penuh. Ia harus siap menghadapi kejadian kejadian penting hari esok, dan ia memerlukan istirahat dan ketenangan. Akan tetapi begitu banyak orang yang rindu menemui dia, sehingga ia hanya sempat beristirahat beberapa jam saja. Para bangsawan, ksatria, imam dan penduduk kota berkerumun menelilingi dia. Diantara mereka banyak para bangsawan yang begitu keras memohon kepada kaisar suatu pembaharuan penyalah gunaan dan penyelewengan gereja, dan yang, seperti kata Luther, "telah dibebaskan oleh Injil yang saya beritakan." Martyn, "Life and Times of Luther," p. 393. Musuh musuh dan sahabat sahabatnya datang untuk melihat biarawan pemberani itu. Ia menerima mereka dengan ketenangan yang tak tergoyhkan, menjawab semua pertanyaan dengan berwibawa dan bijaksana. Pembawaannya kokoh dan berani. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebaikan hatinya, bahkan kesukacitaannya, meskipun pucat, kurus dan ditandai oleh kerja keras dan penyakit. Keseriusan dan kesungguh sungguhan kata katanya yang mendalam memberinya kuasa yang bahkan musuh musuhnyapun tak mampu menahan seluruhnya. Baik kawan kawan maupun lawan lawannya sama sama takjub. Sebagian yakin bahwa pengaruh ilahi menolongnya, sementara yang lain menyatakan, seperti pernyataan orang Farisi mengenai Kristus, "Ia dipengaruhi Setan."
Pada hari berikutnya, Luther dipanggil untuk menghadiri Mahkamah. Seorang pejabat kekaisaran ditunjuk untuk membawanya ke ruang pemeriksaan. Setiap jalan telah dipenuhi penonton yang ingin melihat biarawan yang berani menentang kekuasaan paus ini.
Sementara ia hampir memasuki tempat ia menghadap para hakim, seorang jenderal tua, pahlawan dari banyak peperangan, berkata dengan ramah kepadanya, "Biarawan yang malang, biarawan yang malang, engkau akan berdiri lebih agung dari saya atau dari para kapten lain yang pernah memenangkan peperangan yang paling sengit sekalipun. Akan tetapi jika engkau merasa yakin perjuanganmu itu benar, majulah terus dalam nama Tuhan, dan janganlah takut sesuatupun. Allah tidak akan melupakanmu." D'Aubigne, b. 7, ch. 8.
Akhirnya Luther berdiri dihadapan konsili. Kaisar duduk diatas takhtanya. Ia dikelilingi oleh orang orang yang terkenal dan terhormat di kekaisaran itu. Belum pernah seseorang menghadap sidang yang lebih mengagumkan dari ini dimana Martin Luther akan memberikan jawaban jawaban mengenai imannya. "Pemunculan Luther di majelis ini sebenarnya adalah suatu pertanda kemenangannya atas kepausan. Paus telah menghukum orang ini, tetapi sekarang ia berdiri didepan pengadilan, yang oleh tindakan ini, menempatkan diri di atas paus. Paus telah memutuskan pengucilannya dan melarang masyarakat berhubungan dengan dia. Namun, ia telah dipanggil dengan bahasa yang terhormat, dan diterima menghadap sidang yang paling mulia di dunia ini. Paus telah menghukumnya dengan hukuman berdiam diri selamanya. Tetapi sekarang ia akan berbicara dihadapan ribuan orang pendengar yang datang dari berbagai tempat jauh dari dunia Kekristenan. Suatu revolusi besar telah dimulai oleh peran Luther. Roma telah merosot dari takhtanya, dan kemerosotan itu disebabkan oleh suara seorang biarawan." Idem, b. 7, ch. 8.
Dihadapan sidang yang berkuasa dan bergengsi itu, Pembaharu, kelahiran orang kebanyakan itu, tampaknya kagum dan malu. Beberapa orang dari para pangeran mengamati emosinya dan mendekatinya. Salah seorang berbisik kepadanya, "Janganlah takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi yang tidak dapat membunuh jiwa." Yang lain berkata, "Bilamana engkau dibawa berhadapan dengan para gubernur dan raja raja oleh karena Aku, Roh Bapamu akan memberitahukan kepadamu apa yang akan engkau katakan." Demikianlah kata kata Kristus telah digunakan oleh orang orang besar dunia untuk menguatkan hamba Nya pada saat pencobaan.
Luther dibawa pada posisi tepat dihadapan takhta kaisar. Keheningan menyelimuti seluruh sidang. Kemudian pejabat kekaisaran bangkit, dan menunjuk kepada koleksi tulisan tulisan Luther dan menyuruh Luther menjawab dua pertanyaan, apakah dia mengakui buku buku itu sebagai tulisan tulisannya, dan apakah ia bermaksud untuk menarik kembali buah pikiran yang telah diajukannya didalam tulisan tulisan tersebut. Sementara judul buku buku itu dibacakan, Luther memberi pengakuan bahwa buku buku itu adalah tulisannya sebagai jawaban kepada pertanyaan yang pertama. "Mengenai pertanyaan kedua," katanya, "berhubung pertanyaan itu menyangkut iman dan keselamatan jiwa jiwa, dan dalam mana firman Allah, harta termahal dan terbesar di Surga maupun di dunia terlibat, saya akan dianggap bertindak tidak bijaksana kalau saya menjawabnya tidak dengan sungguh sungguh. Mungkin saya menegaskan kurang dari yang dituntut keadaan, atau lebih dari yang diperlukan oleh kebenaran, dengan demikian berdosa kepada perkataan Kristus ini, 'Tetapi barang siapa menyangkal Aku didepan manusia, Aku juga akan menyangkalnya didepan Bapa Ku yang di Surga.' (Matius 10:33). Untuk ini aku memohon kepada Yang Mulia, dengan segala kerendahan, untuk memberikan waktu kepadaku, agr aku dapat menjawabnya tanpa melanggar firman Allah." D'Aubigne, b. 7, ch. 8.
Dalam mengajukan permohonan ini Luther bertindak dengan bijaksana. Sikapnya meyakinkan sidang bahwa ia tidak bertindak secara bernafsu atau gegabah. Keterangan dan penguasaan diri yang demikian itu, menambah kekuatan kepadanya. Sikap seperti itu tidak diharapkan dari seorang yang tegas dan tak mengenal kompromi. Sikap ini menyanggupkannya selanjutnya memberikan jawaban dengan bijaksana, tegas, berakal budi dan berwibawa, sehingga mengejutkan dan mengecewakan musuh musuhnya, dan menempelak kekurang ajaran dan kesombongan mereka.
Hari berikutnya ia harus menghadap kembali untuk memberikan jawabannya yang terakhir. Untuk sementara hatinya remuk pada waktu ia merenungkan kekuatan kekuatan yang bersatu melawan kebenaran. Imannya goyah, ketakutan dan kegentaran menimpanya, dan kengerian menyelimutinya. Bahaya berlipat ganda dihadapannya. Musuh musuhnya tampaknya akan menang, dan kuasa kegelapan merajalela. Awan menutupinya, dan tampaknya memisahkan dirinya dari Allah. Ia sangat rindu jaminan kepastian bahwa Allah yang mahakuasa akan menyertainya. Dalam penderitaan jiwanya, ia tersungkur ketanah dan mencurahkan jeritan hatinya yang hancur, yang tak seorangpun mengerti dengan sesungguhnya selain Allah.
"O, Allah yang kekal dan mahakuasa," ia memohon, "betapa mengerikan dunia ini! Lihatlah, ia membuka mulutnya untuk menelan aku, dan aku tidak berharap sepenuhnya kepada Mu . . . . Jikalau hanya pada kuasa dunia ini aku menaruh harap, berarti segalanya sudah selesai . . . . Saatku sudah tiba, hukumanku sudah diumumkan . . . . O, Allahku, tolonglah aku melawan semua kebijaksanaan dunia ini. Tolongah Tuhan, . . . Engkau sendiri; karena ini bukan pekerjaanku, tetapi pekerjaan Mu. Tidak ada urusanku disini, tidak ada yang diperdebatkan dengan pembesar pembesar dunia ini . . . . Tetapi ini adalah urusan Mu, . . . urusan kebenaran dan kekekalan. O, Tuhan, tolonglah aku! Allah yang setia dan yang tidak berubah, aku tidak bisa menaruh harap kepada seorang manusiapun . . . . Segala yang dari manusia tidak ada kepastian. Segala yang datang dari manusia adalah kegagalan . . . . Engkau telah memilih aku untuk pekerjaan ini . . . . Berdirilah disampingku demi Anak Mu yang kekasih, Yesus Kristus, yang menjadi pertahananku, perisaiku dan bentengku yang kuat." Idem, b. 7, ch. 8.
Allah, Pemelihara yang maha bijaksana, telah mengizinkan Luther menyadari bahaya yang mengancamnya, agar supaya ia tidak menaruh harap kepada kekuatannya sendiri, dan takabur masuk kedalam bahaya. Namun bukan ketakutan penderitaan diri sendiri, ketakutan penyiksaan atau kematian yang tampaknya segera akan terjadi, yang meresahkannya. Ia menemui kemelut, dan dia merasa tidak sanggup menghadapinya. Oleh karena kelemahannya kebenaran mungkin akan menderita kerugian. Ia bergumul dengan Allah bukan untuk keselamatannya, tetapi demi kemenangan Injil. Seperti Israel, yang pada malam itu bergumul sendirian di tepi sungai, demikianlah penderitaan dan pergumulan jiwanya. Seperti Israel, ia menang dipihak Allah. Didalam ketidak berdayaannya, imannya berpegang teguh kepada Kristus, Penyelamat perkasa itu. Ia dikuatkan dengan jaminan bahwa ia tidak akan tampil sendirian dihadapan konsili. Kedamaian kembali memenuhi jiwanya, dan ia bersukacita oleh karena diizinkan untuk meninggikan firman Allah dihadapan penguasa penguasa bangsa itu.
Dengan pikirannya tetap tertuju kepada Allah, Luther mempersiapkan diri menghadapi perjuangan yang menghadangnya. Ia memikirkan rencana jawaban yang akan diberikannya. Ia memeriksa tulisan tulisannya, dan mengambil bukti bukti dari Alkitab untuk mempertahankan posisinya. Kemudian, ia meletakkan tangan kirinya di atas Alkitab yang terbuka didepannya, ia mengangkat tangan kanannya ke atas, dan berjanji "tetap setia kepada Injil, dan mengakui imannya dengan bebas, walaupun harus memeteraikan kesaksiannya dengan darahnya sendiri." Idem, b. 7, ch. 8.
Ketika sekali lagi ia dituntun ke hadapan Mahkamah, tidak tampak rasa takut atau malu di wajahnya. Dengan tenang, penuh kedamaian, namun dengan berani dan penuh wibawa, ia berdiri sebagai saksi Allah diantara orang orang besar dunia. Sekarang pejabat kekaisaran menuntut keputusan Luther, apakah ia ingin menarik kembali ajaran ajarannya. Luther memberikan jawaban dengan nada yang lembut dan merendah tanpa kekerasan atau emosi. Sikapnya malu malu dan penuh hormat, namun ia menunjukkan rasa percaya diri dan sukacita, yang membuat hadirin kagum.
"Kaisar yang agung, para pangeran yang muia, dan tuan tuan yang budiman," kata Luther, "pada hari ini saya berdiri dihadapan hadirin sesuai dengan perintah yang diberikan kepadaku kemarin. Dan oleh rahmat Allah saya memohon yang agung dan yang mulia untuk mendengarkan pembelaanku terhadap satu hal yang saya yakin tepat dan benar. Jikalau oleh karena kelalaian saya harus melanggar kebiasaan dan tatatertib pengadilan, saya mohon diampuni, karena saya tidak dibesarkan di istana raja raja, tetapi di biara terpencil." Idem, b. 7, ch. 8.
Kemudian melanjutkan kepada pertanyaan, ia mengatakan bahwa karya karyanya yang sudah diterbitkan itu tidak sama sifatnya. Dalam sebagian ia membahas mengenai iman dan perbuatan perbuatan baik, dan musuh musuhnya sendiri menyatakan bahwa karya karya itu bukan saja tak berbahaya, tetapi bahkan sangat berguna. Menarik kembali karya karya ini berarti mempersalahkan kebenaran yang diakui semua pihak. Kelompok yang kedua dari tulisan tulisan yang mengungkapkan kebejatan moral dan penyelewengan kepausan. Menarik kembali karya karya ini akan memperkuat kekejaman Roma, dan membuka pintu lebih lebar lagi terhadap kejahatan yang lebih banyak dan lebih besar. Dalam kelompok ketiga buku bukunya, ia menyerang idividu individu yang telah mempertahankan kejahatan kejahatan yang sedang merajalela. Megenai ini ia mengakui bahwa ia telah bertindak lebih keras. Ia tidak menyatakan dirinya bebas dari kesalahan. Dan buku buku inipun ia tidak mau menariknya kembali karena dengan berbuat demikian akan memberi semangat kepada musuh musuh kebenaran, dan mereka akan mengambil kesempatan untuk menghancurkan umat Allah dengan kekejaman yang lebih besar.
"Namun, saya adalah manusia biasa, bukan Allah," ia meneruskan, "Oleh sebab itu saya akan mempertahankan diri seperti yang dilakukan Kristus: 'Jikalau saya berkata jahat, saksikanlah kejahatan itu' . . . . Oleh rahmat Allah, saya memohon kepadamu kaisar yang agung, dan kepadamu para pangeran yang mulia, dan kepada semua orang dari berbagai tingkatan untuk membuktikan dari tulisan tulisan para nabi dan para rasul bahwa saya telah bersalah. Dan segera setelah saya diyakinkan mengenai hal ini saya akan menarik kembali semua yang salah itu. Dan sayalah orang yang pertama mengambil buku buku itu dan melemparkannya kedalam api untuk dibakar.
"Apa yang baru saja saya katakan menunjukkan dengan jelas, saya harap, bahwa saya telah mempertimbangkannya dengan masak masak dan memperhitungkan bahaya yang mengancam saya. Tetapi saya jauh dari rasa takut, saya bersukacita bahwa Injil itu sekarang, seperti pada zaman dahulu, penyebab kesusahan dan perselisihan. Inilah sifat dan tujuan firman Allah. 'Aku datang bukan membawa damai ke atas bumi, tetapi Aku datang membawa pedang,' kata Yesus Kristus. Nasihat nasihat Allah adalah ajaib dan mengerikan. Berhati hatilah, jangan menginjak injak firman Allah yang kudus dengan dalih memadamkan perselisihan, dan dengan demikian mendatangkan bahaya besar dan mengerikan bagi dirimu, malapetaka sekarang dan kehancuran kekal . . . . Saya dapat mengutip banyak contoh dari firman Allah. Saya dapat berbicara tentang Firaun firaun, raja raja Babilon, dan tentang raja raja Israel, yang usaha usahanya hanya mendatangkan kebinasaannya sendiri karena mereka tidak meminta nasihat. Kelihatannya mereka paling bijaksana untuk memperkuat kekuasaannya. 'Allah memindahkan gunung gunung, dan mereka tidak mengetahui hal itu.' " Idem, b. 7, ch. 8.
Luther berbicara dalam bahasa Jerman. Sekarang ia diminta untuk mengulangi kata katanya itu dalam bahasa Latin. Meskipun ia sudah letih dengan pidatonya yang sebelumnya, ia menuruti dan menyampaikan pidatonya sekali lagi sejelas dan sebersemangat yang pertama. Pemeliharaan Allah menuntunnya kedalam masalah itu. Pikiran para pangeran telah dibutakan oleh kesalahan dan ketakhyulan sehingga pada penyajian pertama mereka tidak melihat kekuatan dan pemikiran Luther. Tetapi dengan pengulangan ini membuat mereka dapat melihat dengan jelas semua hal yang disampaikan.
Mereka yang dengan degilnya menutup mata kepada terang, dan bertekad untuk tidak diyakinkan oleh kebenaran, telah dibuat marah oleh kuasa kata kata Luther. Setelah ia selesai berbicara, jurubicara Mahkamah berkata dengan marah, "Engkau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan kepadamu . . . . Engkau diharuskan memberi jawaban yang jelas dan tepat. . . . Mau atau tidak mau menarik kembali ajaran ajaranmu?"
Pembaharu itu menjawab, "Oleh karena yang agung dan yang mulia meminta dari saya jawaban yang jeas, sederhana dan tepat, maka saya akan menjawab begini: Saya tidak dapat menyerahkan imanku baik kepada paus atau kepada konsili ini, sebab sudah jelas seperti terangnya siang bahwa mereka sering bersalah dan bertentangan satu sama lain. Kecuali saya diyakinkan oleh kesaksian Alkitab atau oleh pemikiran yang paling terang, kecuali saya terbujuk oleh kalimat kalimat yang saya kutip, dan kecuali mereka yang membuat hati nuraniku terikat oleh firman Allah, saya tidak dapat dan tidak akan menarik kembali ajaran ajaran saya, karena tidak baik bagi seorang Kristen berbicara melawan hati nuraninya. Disini saya berdiri, saya tidak dapat berbuat yang lain. Kiranya Tuhan Allah menolongku. Amen."
Begitulah orang benar ini berdiri di atas alasan yang teguh, firman Allah. Terang surga menyinari wajahnya. Kebesarannya dan kesuciannya, kedamaian dan sukacita hatinya, telah dinyatakan kepada semua orang sementara ia bersaksi melawan kuasa kesalahan, dan menyaksikan keunggulan iman yang mengalahkan dunia.
Untuk sementara seluruh hadirin terdiam dalam kekaguman. Dalam jawaban Luther yang pertama, ia berbicara dengan nada rendah dan dengan rasa hormat, seolah olah menyerah. Para pengikut Romanisme menganggap ini suatu tanda bahwa keberanian Luther mulai pudar. Mereka menganggap permohonan penundaan semata mata hanya pendahuluan kepada penarikannya kembali ajaran ajarannya. Kaisar Charles sendiri setelah memperhatikan, setengah memandang rendah tubuh biarawan yang sudah merosot, pakaiannya yang sederhana, dan kesederhanaan pidatonya, telah menyatakan, "Biarawan ini tidak akan pernah membuat saya menjadi bida'ah." Keberanian dan keteguhan yang ditunjukkannya sekarang, serta kuasa dan terangnya pemikirannya, membuat semua pihak terkagum kagum. Kaisar, oleh karena kekagumannya, berseru, "Biarawan ini berbcara dengan hati yang berani dan dengan semangat yang tidak tergoyahkan." Banyak pangeran Jerman memandang wakil bangsa mereka ini dengan bangga dan gembira.
Para pengikut Roma telah dikalahkan. Kepentingan mereka tampaknya sangat suram. Mereka berusaha untuk mempertahankan kekuasaan mereka, bukan dengan merujuk kepada Alkitab, tetapi dengan menggunakan ancaman ancaman, argumentasi Roma yang tidak pernah gagal. Juru bicara Mahkamah (Diet) berkata, "Jikalau engkau tidak menarik kembali ajaran ajaranmu, maka kaisar dan pemerintah negara bagian diseluruh kekaisaran akan merundingkan tindakan apa yang akan dijalankan terhadap seorang bida'ah yang tidak bisa lagi diperbaiki ini." Sahabat sahabat Luther, yang dengan kesukaan besar mendengarkan pembelaannya, gemetar mendengar kata kata ini. Tetapi Dr. Luther sendiri berkata dengan tenang, "Kiranya Allah penolongku, karena tidak ada yang saya dapat tarik kembali."
Ia disuruh meninggalkan Mahkamah, sementara para pangeran berkonsultasi bersama. Terasa bahwa kemelut besar akan datang. Penolakan terus menerus Luther untuk menyerah dapat berpengaruh kepada sejarah gereja selama berabad abad. Diputuskan untuk memberikan kesempatan sekali lagi kepadanya untuk menarik kembali ajaran ajarannya. Untuk yang terakhir sekali ia dihadapkan ke persidangan. Sekali lagi pertanyaan diajukan, apakah ia mau menarik kembali ajaran ajarannya. "Saya tidak mempunyai jawaban yang lain," katanya, "selain dari pada yang sudah saya katakan." Terbukti bahwa ia tidak bisa dipengaruhi, baik dengan janji janji maupun dengan ancaman untuk menyerah kepada kekuasaan Roma.
Para pemimpin kepausan merasa kecewa kuasa mereka, yang telah membuat raja raja dan para bangsawan gemetar, dipandang rendah oleh seorang biarawan yang sederhana. Mereka ingin membuat dia merasakan kemarahan mereka dengan cara menyiksanya. Akan tetapi Luther, yang menyadari bahaya, telah berbicara kepada semua orang dengan keagungan dan ketenangan seorang Kristen. Kata katanya tidak mengandung kesombongan, emosi dan kesalah pahaman. Ia tidak lagi memperdulikan dirinya sendiri, dan pembesar pembesar disekelilingnya, dan hanya merasa bahwa ia berada dihadirat Seorang yang mutlak, yang lebih tinggi dari paus, para pejabat tinggi gereja, raja raja dan para kaisar. Kristus telah berbicara melalui kesaksian Luther dengan kuasa dan keagungan, sehingga pada waktu itu mengilhami dengan kekaguman dan keheranan baik kawan maupun lawan. Roh Allah telah hadir didalam konsili, untuk mempengaruhi hati para pemimpin kekaisaran. Beberapa orang dari para pangeran dengan tegas mengakui kebenaran perjuangan Luther. Banyak yang diyakinkan mengenai kebenaran, tetapi bagi sebagian orang kesan itu tidak bertahan lama. Ada kelompok lain, yang pada waktu itu tidak menunjukkan keyakinan mereka; tetapi setelah menyelidiki sendiri Alkitab menjadi pendukung Pembaharuan yang tak mengenal takut dikemudian hari.
Penguasa Saxony Frederick telah lama mengharapkan kehadiran Luther dihadapan Mahkamah. Dan dengan emosi yang mendalam ia mendengarkan pidato Luther. Dengan gembira dan bangga ia menyaksikan keberanian, keteguhn hati, ketenangan dan rasa percaya diri Dr. Luther, dan tekadnya untuk berdiri lebih teguh lagi dalam mempertahankan diri. Ia membandingkan kedua pihak yang bertikai, dan melihat bahwa kebijaksanaan paus, raja raja dan pejabat pejabat tinggi gereja tidak ada artinya dibandingkan dengan kuasa kebenaran. Kekuasaan kepausan telah menderita suatu kekalahan, yang akan dirasakan diantara semua bangsa dan pada segala zaman.
Ketika pejabat tinggi gereja menyadari akibat yang ditimbulkan oleh pidato Luther, ia menjadi takut seperti belum pernah sebelumnya, mengenai keamanan kekuasaan Romawi, dan memutuskan akan mengambil segala tindakan yang dibawah kekuasaannya untuk melenyapkan Pembaharu itu. Dengan kemahirannya berbicara dan ketrampilan diplomatiknya yang menonjol, ia mengemukakan kepada kaisar yang masih muda itu betapa bodohnya dan berbahayanya mengorbankan persahabatan dan dukungan kekuasaan Roma, hanya demi seorang biarawan yang tidak berarti.
Kata katanya bukan tanpa akibat. Sehari sesudah Luther memberikan jawabannya, Charles mengirim pesan untuk disampaikan kepada Mahkamah, yang mengumumkan keputusannya untuk menjalankan kebijakan pendahulunya untuk mempertahankan dan melindungi agama Katolik. Oleh karena Luther telah menolak menarik kembali ajaran ajarannya, dan mengakui kesalahannya, maka tindakan yang paling keras akan dilakukan terhadap Luther dan terhadap ajarannya yang menyimpang. "Seorang biarawan yang sesat oleh kebodohannya, telah bangkit melawan iman dunia Kristen. Untuk mempertahankan kesesatan seperti itu, berarti saya akan mengorbankan kerajaanku, hartaku, sahabat sahabatku, darahku, jiwaku dan hidupku. Saya mau menyingkirkan Luther yang mulia, dan melarangnya melakukan kekacauan yang sekecil apapun di antara rakyat. Kemudian saya akan melawan dia dan pengikut pengikutnya sebagai orang orang bida'ah yang degil, oleh mengucilkan, mengasingkan dan apa saja yang diperkirakan dapat menghancurkan mereka. Saya menghimbau para anggota penguasa kerajaan untuk berlaku sebagai orang orang Kristen yang setia." Idem, b. 7, ch. 9. Namun demikian, kaisar mengatakan bahwa surat jaminan keselamatan Luther harus dihormati, dan sebelum tindakan terhadapnya dilaksanakan, ia harus diizinkan kembali kerumahnya dengan selamat.
Timbul dua pemikiran yang bertentangan diantara anggota anggota Mahkamah. Para utusan dan wakil wakil paus menuntut surat jaminan keselamatan itu diabaikan saja. Mereka katakan, "Sungai Rhine harus menerima abunya, sebagaimana telah menerima abu jenazah John Huss seabad yang lalu." Idem, b. 7, ch. 9. Tetapi para pangeran Jerman, walaupun mereka adalah pengikut kepausan dan mengaku memusuhi Luther, memprotes terhadap pelanggaran iman umum, sebagai suatu noda pada kehormatan bangsa. Mereka menunjuk kepada malapetaka yang timbul sesudah kematian Huss, dan menyatakan bahwa mereka tidak berani mempersalahkan Jerman dan kaisar mereka yang masih muda, jika kejahatan yang ngeri seperti itu terulang kembali.
Charles sendiri, dalam menanggapi protes itu, berkata, "Walaupun kehormatan dan iman harus dilenyapkan dari seluruh muka bumi ini, mereka seharusnya mendapatkan perlindungan didalam hati para pangeran." Idem, b. 7, ch. 9. Charles lebih jauh dibujuk oleh musuh Luther yang keras agar memperlakukan Pembaharu itu seperti yang dilakukan Sigismund kepada Huss, menyerahkannya kepada kemurahan hati gereja. Tetapi setelah mengenang peristiwa pada waktu Huss, dihadapan pengadilan, menunjuk kepada rantainya dan mengingatkan raja akan janji imannya, Charles V. menyatakan, "Saya tidak suka dipermalukan seperti Sigismund" Lihat Lenfant, "History of the Council of Constance, " Vol. I, p. 422.
Namun demikian, Charles dengan sengaja menolak kebenaran yang disampaikan oleh Luther. "Saya dengan teguh berketetapan untuk mengikuti teladan leluhur saya," tulis raja. Ia telah memutuskan bahwa ia tidak akan menyimpang dari kebiasaan walaupun dalam jalan kebenaran.Ia akan meninggikan kepausan dengan segala kejahatannya oleh karena ayahnya berbuat demikian. Dengan demikian ia mengambil pendirian, menolak menerima setiap terang yang melebihi apa yang para leluhurnya sudah terima atau melaksanakan sesuatu tugas yang mereka tidak laksanakan.
Sekarang ini ada banyak banyak orang yang bergantung kepada adat kebiasaan dan tradisi para leluhurnya. Bilamana Allah mengirimkan kepada mereka terang tambahan, mereka menolaknya, karena tidak diberikan sebelumnya kepada leluhurnya, sehingga mereka tidak mau menerimanya. Kita tidak ditempatkan ditempat leluhur kita. Sebagai akibatnya tugas tugas dan tanggungjawab kita tidak sama dengan mereka . Kita tidak akan berkenan kepada Allah kalau kita mencari teladan leluhur untuk menentukan tugas, gantinya kita menyelidiki sendiri Firman kebenaran itu. Tanggungjawab kita lebih besar dari nenek moyang kita. Kita bertanggungjawab ats terang yang mereka terima, dan yang diturunkan kepada kita sebagai warisan bagi kita. Dan kita juga bertanggungjawab atas terang tambahan yang sekarang bersinar atas kita dari firman Allah.
Kristus berkata kepada orang Yahudi yang tidak percaya, "Sekiranya aku tidak datang dan tidak berkata kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka"( Johanes 15:22). Kuasa ilahi yang sama telah berbicara melalui Luther kepada kaisar dan para pangeran Jerman. Dan sementara terang bersinar dari firman Allah, Roh Nya membujuk para hadirin untuk yang terakhir kalinya. Seperti Pilatus berabad abad yang lalu, membiarkan kesombongan dan popularitas menutup hatinya terhadap Penebus dunia; seperti Felix yang berkata kepada utusan kebenaran, "Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau;" dan seperti Agrippa yang sombong mengakui, "Hampir hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen,"( Kisah 24:25; 26:28), namun berpaling dari pekabaran Surgawi itu, demikianlah Charles V., yang menyerah kepada ketentuan kesombongan dan kebijakan duniawi, sehingga memutuskan menolak terang kebenaran.
Desas desus mengenai tindakan terhadap Luther telah tersebar luas, menyebabkan kegemparan besar diseluruh kota itu. Pembaharu itu telah mempunyai banyak sahabat, yang bertekad untuk tidak mengorbankannya, karena mereka mengetahui kekejaman yang akan dilakukan oleh Roma kepada semua orang yang berani mengungkapkan kekejamannya. Ratusan kaum bangsawan bersumpah untuk melindunginya. Tidak sedikit yang secara terbuka mencela pengumuman kerajaan sebagai tanda kelemahan, menyerah kepada kekuasaan Roma. Digerbang gerbang rumah dan ditempat tempat umum, ditempelkan kertas pengumuman. Sebagian mengutuk dan sebagian lagi membela Luther. Salah satu kertas pengumuman itu telah dituliskan dengan kata kata orang bijak, "Wai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak kanak" (Pengkhotbah 10:16). Semangat dukungan populer kepada Luther diseluruh Jerman meyakinkan baik kaisar maupun Mahkamah, bahwa setiap tindakan yang tidak adil kepada Luther akan membahayakan perdamaian diseluruh kekaisaran, dan bahkan stabilitas takhta.
Frederick dari Saxony tetap tenang namun mengamati keadaan, menyembunyikan dengan hati hati perasaannya terhadap Pembaharu. Sementara pada waktu yang sama ia menjaga dirinya tanpa mengenal lelah, memperhatikan gerak geriknya dan gerak gerik musuh musuhnya. Tetapi banyak juga yang tidak berusaha menyembunyikan rasa simpatinya kepada Luther. Ia dikunjungi oleh para pangeran, kaum bangsawan, orang orang terkemuka, baik awam maupun para ulama. "Kamar doktor yang sempit," tulis Spalatin, "tidak dapat menampung semua pengunjung yang datang." Martyn, Vol. I, p. 404. Orang orang memandang kepadanya seolah olah ia lebih dari sekedar manusia. Bahkan orang orang yang tidak percaya kepada ajaran ajarannyapun mengagumi integritasnya yang tinggi, yang membuatnya berani mati daripada melanggar hati nuraninya.
Usaha yang sungguh sungguh dilakukan untuk memperoleh persetujuan Luther untuk berkopromi dengan Roma. Kaum bangsawan dan para pangeran menyampaikan kepadanya bahwa jika ia tetap pada pendiriannya menentang gereja dan konsili, ia akan dilenyapkan dari kekaisaran, dan dia tidak akan mempunyai perlindungan lagi. Luther memberi jawaban kepada usaha ini, "Injil Kristus tidak dapat dikhotbahkan tanpa perlawanan . . . . Kalau begitu mengapa rasa takut atau cemas akan bahaya memisahkan aku dari Tuhanku dan dari firman Nya, yang adalah kebenaran satu satunya? Tidak. Lebih baik saya serahkan tubuhku, darahku dan hidupku." D'Aubigne, b. 7, ch. 10.
Sekali lagi ia didesak agar menyerah kepada pengadilan kaisar, dan kemudian tidak ada lagi yang perlu ditakutkan. "Aku setuju," jawabnya, "dengan segenap hatiku, agar kaisar, para pangeran dan bahkan orang Kristen yang paling hina, harus memeriksa dan menimbang karya karyaku, tetapi dengan satu syarat, bahwa mereka membuat firman Allah sebagai ukuran. Manusia tidak bisa berbuat lain selain menurutinya. Janganlah bertindak kejam terhadap hati nuraniku yang terikat dan terantai kepada Alkitab." Idem, b.7, ch. 10.
Kepada himbauan lain ia berkata, "Aku setuju melepaskan surat jaminan keselamatanku. Saya menempatkan diriku dan hidupku ditangan kaisar, tetapi firman Allah . . . sekali lagi tidak!" Idem, b. 7, ch. 10. Ia mengatakan kesediaannya menyerah kepada keputusan konsili umum, tetapi hanya dengan syarat bahwa konsili diminta memutuskan sesuai dengan Alkitab. Selanjutnya ia menambahkan, "Dalam urusan apa firman Allah dan iman setiap orang Kristen disamakan dengan paus dalam menghakimi meskipun didukung oleh sejuta konsili." Martyn, Vo. I, p. 410. Akhirnya baik kawan maupun lawan yakin bahwa usaha usaha selanjutnya untuk perdamaian tidak akan ada gunanya.
Kalau saja Pembaharu itu menyerah dalam satu hal saja, Setan bersama pengikut pengikutnya akan memperoleh kemenangan. Tetapi keteguhannya yang tak tergoyahkan itu, menjadi sarana pembebasan gereja untuk memulai era baru yang labih baik. Pengaruh orang yang satu ini, yang berani berpikir dan bertindak bagi dirinya dalam masalah masalah agama, telah mempengaruhi gereja dan dunia, bukan saja pada zamannya, tetapi juga pada semua generasi yang akan datang. Keteguhannya dan kesetiaannya akan menguatkan semua orang yang akan melalui pengalaman yang serupa pada akhir zaman. Kuasa dan kebesaran Allah mengatasi pemikiran manusia dan mengatasi kekuasaan besar Setan.
Luther segera diperintahkan oleh kaisar untuk kembali ke kampung halamannya. Dan dia tahu bahwa perintah ini akan segera disusul oleh penghukumannya. Awan gelap yang menakutkan membayangi jalannya. Tetapi sementara ia meninggalkan kota Worms, hatinya dipenuhi sukacita dan pujian. "Iblis sendiri," katanya, "mengawal benteng paus; tetapi Kristus telah menerobosnya, dan Setan terpaksa mengakui bahwa Tuhan lebih berkuasa daripadanya." D'Aibigne, b. 7, ch. 11.
Setelah keberangkatannya, ia masih ingin agar ketetapan pendiriannya jangan dianggap salah sebagai suatu pemberontakan. Ia menulis kepada kaisar. "Allah yang menyelidiki segala hati, adalah saksiku," katanya, "bahwa saya siap sedia dengan sungguh sungguh mematuhi yang mulia, dalam kehormatan atau tidak, dalam kehidupan atau kematian, dan tanpa kecuali dalam firman Allah, oleh mana manusia hidup. Dalam semua liku liku permasalahan hidup masa kini, kesetiaanku tidak tergoyahkan, oleh karena disini kalah atau menang tidak mempengaruhi keselamatan. Akan tetapi kalau dikaitkan dengan kekekalan, Allah tidak mau bahwa manusia menyerah kepada manusia. Oleh karena penyerahan seperti itu dalam masalah kerohanian adalah perbaktian yang sebenarnya, maka kita berbakti hanya kepada Allah saja." Idem, b. 7, ch. 11.
Dalam perjanannya pulang dari Worms, sambutan terhadap Luther lebih semarak dibandingkan dengan pada waktu ia pergi. Para ulama yang ramah dan baik hati menyambut biarawan yang dikucilkan itu, dan pejabat pejabat pemerintah menghormati orang yang telah dikutuk oleh kaisar. Ia diminta untuk berkhotbah, dan walaupun ada larangan kekaisaran, ia sekali lagi naik ke mimbar. "Aku tidak pernah berjanji kepada diriku untuk merantai firman Allah, dan tidak akan saya laukan," katanya. Martyn, Vol. I, p. 420.
Tidak berapa lama setelah ia meninggalkan Worms, para pengikut kepausan mendesak kaisar untuk mengeluarkan satu dekrit melawan Luther. Dalam dekrit itu Luther dicela sebagai "Setan sendiri dalam bentuk manusia dan berpakaian jubah biarawan." D'Aubigne, b. 7, ch. 11. Diperintahkan agar segera setelah surat jaminan keselamatan habis masa berlakunya, diambil langkah langkah untuk menghentikan kegiatannya. Semua orang dilarang untuk menyembunyikannya, memberinya makanan atau minuman, atau membantunya atau bersekongkol dengannya dengan kata kata atau tindakan, dimuka umum atau secara pribadi. Ia harus ditangkap dimana saja memungkinkan, dan menyerahkannya kepada penguasa. Pengikut pengikutnya juga akan dipenjarakan, dan harta mereka disita. Tulisan tulisannya akan dimusnahkan, dan akhirnya, semua yang berani bertindak bertentangan dengan dekrit ini akan menerima hukuman yang sama. Penguasa Saxony, dan para pangeran yang bersahabat dengan Luther, telah meninggalkan kota Worms segera setelah Luther meninggalan Worms, dan dekrit kaisar itu mendapat sanksi dari Mahkamah. Sekarang para pengikut Romawi kegirangan karena merasa menang. Mereka menganggap nasib Pembaharuan telah ditutup termeterai.
Allah telah menyediakan jalan kelepasan bagi hamba Nya pada saat genting seperti ni. Mata yang terus waspada, yang tidak pernah tertidur, mengawasi gerak gerik Luther. Dan hati yang benar dan agung telah memutuskan untuk menyelamatkannya. Sudah jelas bahwa Roma tidak akan puas kalau Luther belum mati. Hanya dengan menyembunyikannya nyawanya dapat diselamatkan dari mulut singa. Allah memberikan kebijaksanaan kepada Frederick dari Saxony untuk membuat suatu rencana penyelamatan Pembaharu itu. Dengan kerjasama sahabat sahabat sejati, rencana penguasa Saxony ini dapat dijalankan, dan Luther dapat disembunyikan dengan baik dari sahabat sahabat dan musuh musuhnya. Dalam perjalanan pulang ia ditangkap dan dipisahkan dari pengikut pengikutnya, dan dengan segera dibawa melalui hutan ke kastel Wartburg, suatu benteng terpencil dipengunungan. Baik penangkapannya maupun penyembunyiannya dilakukan secara misterius sehingga Frederick sendiripun, untuk beberapa waktu lamanya, tidak tahu kalau kalau rencana itu sudah dijalankan. Ketidak tahuan ini bukanlah secara kebetulan. Selama Frederick tidak tahu dimana Luther berada, selama itu pula ia tidak bisa menyatakannya. Ia merasa puas bahwa Pembaharu itu aman.
Musim bunga, musim panas dan musim gugurpun berlalu. Dan musim dinginpun tiba, dan Lutherpun masih tetap sebagai tawanan. Aleander dan pengikut pengikutnya bergembira karena terang Injil itu seolah olah akan padam. Tetapi sebaliknya, Pembaharu itu sedang mengisi minyak lampunya dan perbendaharaan kebenaran, agar sinarnya memancar lebih terang.
Dalam pengamanan Wartburg, untuk sementara, Luther merasa gembira karena terbebas dari kekacauan dan panasnya peperangan. Tetapi ia tidak merasa puas berlama lama berdiam diri dan beristirahat. Karena sudah biasa dengan kehidupan yang aktif dan pertentangan yang keras, ia tidak tahan tetap tanpa kegiatan. Selama hari hari hidup menyendiri itu, gereja bangkit dihadapannya sehingga ia berseru dalam keputus asaan, "Aduh! tak seorangpun pada hari teakhir murka Nya, yang dapat berdiri bagaian tembok dihadapan Tuhan, dan menyelamatkan Israel!" Idem, b. 9, ch. 2. Sekali lagi, ia memikirkan dirinya sendiri, dan ia takut dicap sebagai pengecut ole karena menarik diri dari arena perjuangan. Akhirnya ia mempersalahkan dirinya karena bermalas malas dan memanjakan diri. Namun pada waktu yang sama setiap hari ia melakukan tugas yang tampaknya tidak mungkin dilakukan oleh seorang. Penanya tidak pernah malas. Sementara musuh musuhnya memuji diri oleh karena Luther sudah diam, mereka dikejutkan dan dibingungkan oleh bukti nyata bahwa Luther masih aktif. Sejumlah besar risalah risalah yang ditulisnya, diedarkan diseluruh Jerman. Ia juga melakukan suatu jasa kepada bangsanya dengan menerjemahkan buku Perjanjian Baru kedalam bahasa Jerman. Dari "Patmos"nya yang berbatu batu ia terus menyiarkan Injil hampir sepanjang tahun, menegur dan mencela dosa dosa dan kesalahan kesalahan pada masa itu.
Akan tetapi bukan hanya sekedar melindungi Luther dari angkara murka musuh musuhnya, atau bahkan memberinya waktu yang tenang untuk pekerjaan penting ini, sehingga Allah menarik hamba hamba Nya dari panggung kehidupan umum. Ada hasil yang lebih berharga dari itu yang akan diperolehnya. Ditempat pengasingan yang terpencil dan tidak diketahui orang ini, Luther terpisah dari dukungan duniawi, dan dari sanjungan manusia. Dengan demikian ia terhindar dari kesombongan dan kepercayaan pada diri sendiri yang sering disebabkan oleh keberhasilan. Oleh penderitaan dan kehinaan ia telah dipersiapkan kembali untuk berjalan dengan aman diatas ketinggian kemana ia tiba tiba dinaikkan.
Pada waktu orang orang bersukacita dalam kebebasan yang diberikan oleh kebenaran kepada mereka, mereka cenderung menyanjung mereka yang dipakai Allah untuk memutuskan rantai kesalahan dan ketakhyulan. Setan berusaha untuk mengalihkan pikiran dan kasih manusia dari Allah, dan menujukan kepada manusia. Ia memimpin mereka menghormati alat alat dan melupakan Tangan yang mengatur semua kejadian kejadian dan pemeliharaan. Terlalu sering pemimpin pemimpin agama yang dipuji puji dan dihormati kehilangan rasa ketergantungan mereka kepada Allah dan menaruh percaya pada diri sendiri. Akibatnya, mereka berusaha menguasai pikiran dan hati nurani orang orang, yang cenderung mencari tuntunan dari mereka, gantinya mencari dari firman Allah. Pekerjaan pembaharuan itu sering menjadi lambat karena roh seperti itu dimanjakan oleh para pendukungnya. Allah akan menjaga usaha Pembaharuan dari bahaya ini. Ia rindu agar pekerjaan ini menerima, bukan pengaruh manusia, tetapi pengaruh Allah. Mata orang orang telah ditujukan kepada Luther sebagai penerang kebenaran. Ia diasingkan agar semua mata boleh ditujukan kepada Pencipta kebenaran abadi itu.