Rasul Paulus dalam suratnya yang ke dua kepada orang-orang Tesalonika,
meramalkan tentang kemurtadan besar yang akan mengakibatkan terbentuknya
kuasa kepausan. Ia menyatakan bahwa hari Kristus tidak akan datang,
kecuali "datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia
durhaka yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas
segala yang di sebut atau yang di sembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk
di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah" (2 Tes. 2:3,4,7).
Dan lebih jauh rasul itu mengamarkan saudara-saudaranya bahwa, "rahasia
kedurhakaan telah mulai bekerja." Bahkan pada hari-hari permulaan itupun
ia melihat menjalar ke dalam gereja, kesalahan yang membuka jalan
kepada pengembangan kepausan.
Sedikit demi sedikit, mula-mula secara
sembunyi-sembunyi dan diam-diam, kemudian semakin terbuka setelah
semakin bertambah kuat dan semakin menguasai pikiran manusia, rahasia
kejahatan itu menampakkan pekerjaan penipuan dan penghujatannya. Hampir
tidak bisa disadari kebiasaan-kebiasaan kekafiran mendapatkan jalan
memasuki gereja Kristen. Roh berkompromi dan penyesuaian diri untuk
seketika lamanya telah di tahan oleh penganiayaan kejam yang dialami
jemaat dari kekafiran. Tetapi sementara penganiayaan berhenti dan
Kekristenan memasuki pengadilan dan istana raja-raja, jemaat itu telah
menanggalkan kerendahan dan kesederhanaan Kristus dan rasl-rasul-Nya,
dan menggantikannya dengan kesombongan dan keangkuhan imam-imam kafir
dan para penguasa. Dan tuntunan Allah di ganti dengan teori-teori dan
tradisi manusia. Pertobatan tak berarti kaisar Constantine pada
permulaan abad ke empat membawa kesukaan besar. Dan dunia ini, yang
diselubungi suatu bentuk kebenaran, memasuki gereja. Sekarang pekerjaan
yang korup berkembang dengan pesat. Kekafiran yang tampaknya akan menang
menjadi penakluk. Roh kekafiran menguasai jemaat. Ajarannya,
upacara-upacaranya dan takhyul telah digabungkan kedalam perbaktian
orang-orang yang mengaku pengikut Kristus. Kompromi antara kekafiran dan
Kekristenan mengakibatkan berkembangnya "manusia durhaka" yang
diramalkan di dalam nubuatan sebagai yang melawan dan yang meninggikan
dirinya melebihi Allah. Sistem raksasa agama palsu itu adalah buah karya
kuasa Setan, -- sebagai monumen usahanya untuk mendudukkan dirinya
sendiri di atas takhta untuk memerintah dunia ini menuruti kehendaknya.
Setan
pada suatu kali berusaha untuk membentuk suatu kompromi dengan Kristus.
Ia mendatangi Anak Allah di padang gurun pencobaan, dan menunjukkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia ini serta kemuliaannya. Ia akan
memberikan semuanya itu kepada-Nya jikalau saja Ia mau mengakui
supremasi raja kegelapan itu. Kristus menghardik penggoda yang
keterlaluan itu, dan mengusirnya pergi. Tetapi Setan memperoleh
keberhasilan yang lebih besar dengan menggunakan pencobaan yang sama
kepada manusia. Untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dan kehormatan
duniawi, jemaat telah di tuntun untuk mencari bantuan dan dukungan
orang-orang besar dunia. Dan dengan menolak Kristus, jemaat itu di bujuk
untuk tunduk kepada wakil Setan -- bishop Romawi.
Salah satu doktrin
utama Romanisme ialah bahwa paus adalah kepala gereja universal Kristus
yang kelihatan, yang di beri kuasa utama mengatasi semua bishop dan
pendeta di seluruh bagian dunia ini. Lebih daripada itu, paus telah di
beri satu-satunya gelar Keilahian. Ia dijuluki "Paus Tuhan Allah" (lihat
lampiran), dan telah dinyatakan sebagai seorang yang tidak dapat salah.
Ia menuntut pernyataan rasa hormat dari semua manusia. Tuntutan yang
sama yang diajukan oleh Setan di padang gurun pencobaan, masih tetap
diajukannya melalui Gereja Roma, dan sangat banyaklah orang yang siap
sedia memberikan kepadanya penghormatan itu.
Tetapi orang-orang yang
takut dan meghormati Allah menghadapi asumsi ini dengan keberanian
surgawi sebagaimana Kristus menghadapi bujukan licik musuh itu: "Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti" (Lukas 4:8). Allah tidak pernah memberi isyarat di dalam
firman-Nya yang Ia telah menunjuk seseorang menjadi kepala gereja.
Ajaran (doktrin) mengenai supremasi kepausan adalah bertentangan
langsung dengan pengajaran Alkitab. Paus tidak mungkin mempunyai kuasa
atas gereja Kristus kecuali dengan perebutan kekuasaan.
Para pengikut
Romanisme terus menerus menuduh kaum Protestan sebagai orang-orang yang
menyimpang dari iman dan dengan sengaja memisahkan diri dari gereja
yang benar. Tetapi sebenarnya tuduhan ini mengenai dan berlaku bagi
mereka sendiri. Merekalah yang telah menurunkan panji-panji Kristus, dan
berpaling dari "iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus"
(Yudas 3).
Setan mengetahui benar bahwa Alkitab akan menyanggupkan
manusia untuk mengetahui penipuannya dan melawan kuasanya. Bahkan,
adalah oleh Firman itu Juru Selamat dunia ini telah mampu melawan
serangan Setan itu. Pada setiap serangan, Kristus menggunakan perisai
kebenaran abadi, dengan berkata, "Ada tertulis." Kepada setiap usul
musuh, Ia menghadapkan akal budi dan kuasa Firman itu. Setan harus
membuat manusia itu mengabaikan dan tidak mengerti Alkitab agar ia dapat
mempertahankan serangan-serangannya kepada manusia dan mendirikan
kekuasaan kepausan yang di rebut itu. Alkitab akan meninggikan Allah,
dan menempatkan manusia fana itu pada posisinya yang sebenarnya. Oleh
sebab itu kebenarannya yang kudus harus ditutupi dan di tindas. Logika
seperti itu telah di anut oleh Gereja Roma. Selama bertahun-tahun
pengedaran Alkitab telah di larang. Orang-orang di larang membacanya dan
mempunyainya dirumahnya. Dan para pastor yang tidak jujur dan keji dan
pejabat-pejabat tinggi Gereja Roma menerjemahkan pengajaran Alkitab
untuk mendukung kepura-puraan mereka. Dengan demikian, paus menjadi
seseorang yang secara universal diakui sebagai wakil Allah di dunia ini,
yang di beri kuasa atas gereja dan negara.
Alat penunjuk kesalahan
telah disingkirkan. Setan bekerja sesuka hatinya. Nubuatan telah
mengatakan bahwa kepausan telah "berusaha untuk mengubah waktu dan
hukum" (Daniel 7:25). Dan usaha ini telah diwujudkan dengan tidak
berlambatan. Untuk memperoleh orang-orang yang bertobat dari kekafiran,
suatu pengganti penyembahan berhala telah diadakan, dengan demikian
memajukan penerimaan mereka akan Kekristenan secara resmi. Pemujaan
terhadap patung-patung dan benda-benda keramat, secara berangsur-angsur
diperkenalkan kepada perbaktian Kristen. Dekrit majelis umum (lihat
lampiran) pada akhirnya menetapkan sistem pemujaan berhala. Untuk
penyempurnaan penodaan tempat yang suci, Roma memberanikan diri untuk
menghapus dari taurat Allah hukum yang kedua yang melarang penyembahan
berhala, dan membagi hukum yang ke sepuluh agar tetap jumlah hukum itu
sepuluh.
Pemberian konsesi kepada penyembahan berhala membuka jalan
kepada pengabaian lebih jauh kekuasaan Surgawi. Setan, yang bekerja
melalui pemimpin-pemimpin gereja yang tidak suci, memalsukan hukum
keempat dan mencoba menyingkirkan hari Sabat kuno, hari yang telah
diberkati dan dikuduskan (Kej. 2:2,3), dan sebagai gantinya meninggikan
hari berpesta orang kafir sebagai "hari matahari yang patut dihormati."
Mula-mula perobahan ini tidak dilakukan secara terbuka. Pada abad-abad
pertama, hari Sabat yang sebenarnya telah dipelihara oleh semua orang
Kristen. Mereka menjaga kehormatan Allah, dan percaya bahwa hukum-Nya
tidak bisa dirubah. Dengan bersemangat mereka menjaga kesucian
ajarannya. Tetapi dengan kelicikan yang amat sangat, Setan bekerja
melalui agen-agennya untuk mencapai tujuannya. Agar supaya perhatian
orang-orang boleh dialihkan kepada hari Minggu, hari itu telah dijadikan
hari pesta prayaan menghormati kebangkitan Kristus. Diadakan juga
upacara keagamaan pada hari itu, namun hari Minggu itu di anggap sebagai
hari rekreasi, karena hari Sabat masih di pelihara sebagai hari kudus.
Untuk
mempersiapkan jalan bagi pekerjaan yang telah ditetapkan untuk di
capai, Setan telah menuntun orang-orang Yahudi, sebelum kedatangan
Kristus, untuk membebani pemelihara hari Sabat dengan ketepatan yang
sangat ketat, sehingga membuat pemeliharaan hari Sabat itu sebagai suatu
beban. Sekarang, dengan mengambil keuntungan dari terang palsu yang
mengharuskan pemeliharaan itu, ia melemparkan cemoohan pada hari itu
sebagai lembaga Yahudi. Sementara orang-orang Kristen umumnya terus
memelihara hari Minggu hari pesta kesukaan, ia menuntun mereka untuk
membenci Yudaisme dan menjadikan hari Sabat suatu hari berpuasa, hari
kesedihan dan kemurungan.
Pada permualaan abad keempat, kaisar
Constantine mengeluarka suatu dekrit yang membuat hari Minggu menjadi
hari perayaan umum di seluruh kekaisaran Romawi (lihat lampiran). Hari
matahari itulah di puja oleh orang-orang kafir, dan telah dihormati oleh
orang-orang Kristen. Adalah kebijakan kaisar untuk mempersatukan
kepentingan yang bertentangan antara kekafiran dan Kekristenan. Ia telah
di dorong untuk melakukan ini oleh para bishop gereja, yang diilhami
oleh ambisi dan kehausan akan kekuasaan, dengan pertimbangan, jika hari
yang sama di pelihara oleh baik orang Kristen maupun orang kafir, maka
akan meningkat penerimaan orang-orang kafir terhadap Kekristenan, dan
dengan demikian memajukan kuasa dan kemuliaan gereja. Tetapi sementara
banyak orang-orang Kristen yang takut akan Allah secara berangsur-angsur
di tuntun untuk menganggap hari Minggu sebagai hari yang mempunyai
tingkat kekudusan, mereka masih tetap berpegang pada hari Sabat yang
benar sebagai hari kudus Allah, dan memeliharanya sebagai penurutan
kepada hukum keempat.
Penipu ulung itu belum menyelesaikan
pekerjaannya. Ia telah bertekad untuk mengumpulkan dunia Kristen di
bawah panji-panjinya dan menjalankan kuasanya melalui wakilnya, paus
yang angkuh, yang mengatakan dirinya sebagai wakil Kristus. Melalui
orang-orang kafir yang setengah bertobat, imam-imam yang ambisius dan
orang-orang gereja yang mengasihi dunia ini, ia mencapai maksud dan
tujuannya . Musyawarah-musyawarah akbar telah diadakan dari waktu ke
waktu, dimana pejabat-pejabat tinggi gereja dari seluruh dunia di undang
untuk berkumpul. Di dalam hampir semua musyawarah, hari Sabat yang
telah ditetapkan oleh Allah, telah di tekan dan semakin direndahkan,
sementara hari Minggu semakin ditinggikan. Demikianlah pesta perayaan
kekafiran akhirnya dihormati sebagai lembaga ilahi, sementara hari Sabat
yang menurut Alkitab, telah dinyatakan sebagai peninggalan Yudaisme,
yang pengikutnya telah dinyatakan terkutuk.
Yang murtad itu telah
berhasil meninggikan dirinya sendiri "di atas segala yang di sebut atau
yang di sembah sebagai Allah" (2 Tes. 2:4). Ia telah berani mengganti
ajaran hukum ilahi yang menunjukkan semua umat manusia kepada Allah yang
benar dan hidup itu. Dalam hukum keempat, Allah dinyatakan sebagai
khalik, pencipta langit dan bumi, yang dengan demikian membedakannya
dari semua allah-allah palsu. Hari Sabat itu adalah sebagai peringatan
kepada pekerjaan penciptaan, dan hari ketujuh itu telah disucikan
sebagai hari istirahat bagi manusia. Hari Sabat itu di rancang agar
Allah yang hidup itu selalu berada di dalam pikiran manusia sebagai
sumber segala sesuatu dan tujuan dari penghormatan dan perbaktian. Setan
berusaha keras untuk membalikkan manusia itu dari kesetiaannya kepada
Allah dan dari penurutannya kepada hukum-Nya. Itulah sebabnya ia
menunjukkan usahanya terutama menentang hukum yang menunjuk kepada Allah
sebagai Khalik. Protestan dewasa ini mengatakan bahwa kebangkitan
Kristus pada hari Minggu itu menjadi hari Sabat orang Kristen. Tetapi
bukti-bukti Alkitabiah tidak cukup. Tidak ada penghormatan seperti itu
diberikan kepada hari itu baik oleh Kristus maupun oleh rasul-rasul-Nya.
Pemeliharaan hari Minggu sebagai institusi Kristen bermula dalam
"rahasia kedurhakaan" (2 Tes. 2: 7) yang, bahkan pada zaman Rasul
Paulus, telah memulai pekerjaannya. Di mana dan kapankah Tuhan
mengadopsi anak kepausan ini? Alasan sah apakah yang dapat diberikan
untuk perubahan yang tidak disetujui Alkitab?
Pada abad keenam
kepausan telah berdiri dengan kokoh. Tahta kekuasaannya telah ditetapkan
di kota kerajaan, dan imam (bishop) Roma telah dinyataka menjadi kepala
atas semua gereja. Kekafiran telah menerima kepausan. Naga itu telah
memberikan kepada binatang itu "kekuatannya, dan tahtanya dan
kekuasaannya yang besar" ( Wahyu 13:2; lihat juga Lampiran). Dan pada
waktu itulah masa 120 tahun penindasan kepausan yang telah diramalkan
dalam nubuatan Daniel dan Wahyu ( Daniel 7:25; Wahyu 13:5-7).
Orang-orang Kristen telah di paksa untuk memilih apakah melepaskan
integritas mereka dan menerima upacara dan perbaktian kepausan atau
menghabiskan hidup mereka di dalam penjara bawah tanah yang gelap atau
menderita kematian di atas rak penyiksaan, di bakar, atau di pancung
kepalanya. Pada waktu itu telah digenapi perkataan Yesus, "Dan kamu akan
diserahkan juga oleh orangtuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan
sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan di bunuh dan
kamu akan di benci semua orang oleh karena nama-Ku" ( Lukas 21:16,17).
Penganiayaan atas orang-orang yang setia dilakukan dengan lebih kejam
dari sebelumnya, dan dunia ini menjadi medan perang yang luas. Selama
ratusan tahun gereja Kristus berlindung di tempat-tempat terpencil dan
tempat yang tidak tentu. Beginilah kata nabi itu, "Perempuan itu lari ke
padang gurun, dimana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah,
supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya" (
Wahyu 12:6).
Naiknya kekuasaan Gereja Roma menandai permulaan Zaman
Kegelapan. Sementara kekuasaannya bertambah, kegelapan semakin
bertambah. Iman telah dialihkan dari Kristus, fondasi yang benar itu,
kepada paus Roma. Sebagai gantinya percaya kepada Anak Allah untuk
pengampunan dosa-dosa dan keselamatan kekal, orang-orang memandang
kepada paus dan kepada imam-imam dan ulama-ulama yang telah di beri
kuasa. Mereka telah di ajar bahwa paus adalah pengantara duniawi mereka,
dan bahwa tak seorangpun dapat mendekati Allah kecuali melalui dia. Dan
lebih jauh, ia berdiri sebagai ganti Allah bagi mereka, dan oleh sebab
itu secara mutlak harus dituruti. Setiap penyimpangan dari tuntutan ini
telah cukup alasan menjalankan hukuman paling berat bagi tubuh dan jiwa
para pelanggar. Dengan demikian pikiran orang-orang telah dialihkan dari
Allah kepada orang-orang yang bersalah, berdosa dan kejam, dan juga
kepada raja kegelapan sendiri, yang menjalankan kuasanya melalui mereka.
Dosa ditutupi di dalam jubah kesucian. Pada waktu Alkitab di tindas dan
di tekan, dan manusia menganggap dirinya tertinggi, kita hanya melihat
penipuan, tipu muslihat dan penghinaan. Dengan ditinggikannya
hukum-hukum dan tradisi manusia, maka nyatalah kebobrokan yang
diakibatkan oleh mengesampingkan hukum Allah.
Masa itu adalah
malapetaka bagi gereja Kristus. Tinggal sedikit saja yang seti
mempertahankan standar. Walaupun kebenaran itu tidak ditinggalkan tanpa
saksi-saksi, namun kadang-kadang kelihatannya kesalahan dan takhyul
lebih meraja-lela dan menonjol; dan agama yang benar seakan-akan lenyap
dari muka bumi ini. Injil tidak lagi tampak, tetapi bentuk-bentuk agama
berlipat ganda , dan orang-orang dibebani dengan tuntutan yang keras.
Mereka
di ajar bukan saja memandang paus sebagai pengantara mereka, tetapi
mempercayai tugas paus untuk menghapus dosa mereka. Perjalanan yang lama
berziarah, tindakan-tindakan pengampunan dosa, pemujaan atau
penyembahan kepada benda-benda keramat dan benda-benda peninggalan,
mendirikan gereja-gereja, kuil-kuil, tempat-tempat dan makam-makam suci
serta mezbah-mezbah, pembayaran sejumlah besar uang kepada gereja --
semua ini serta tindakan-tindakan serupa, dipadukan untuk meredakan
murka Allah atau mengambil hati-Nya, seolah-olah Allah itu seperti
manusia, yang marah oleh karena perkara kecil atau dapat ditenangkan
dengan pemberian- pemberian atau tindkan-tindakan pengampunan!
Meskipun
kejahatan meraja-lela, bahkan di antara pemimpin Gereja Roma,
pengaruhnya tampaknya tetap semakin bertambah. Kira-kira pada penghujung
abad ke delapan, para paus telah menyatakan bahwa pada masa-masa
permulaan gereja, imam (bishop) Romawi telah mempunyai kuasa spiritual
seperti yang mereka punyai sekarang ini. Untuk menguatkan pernyataan
ini, berbagai sarana harus di buat untuk menunjukkan kekuasaan. Dan hal
ini telah diusulkan atau dikemukakan oleh bapak segala bohong itu.
Tulisan-tulisan kuno telah dipalsukan oleh biarawan. Dekrit majelis
(konsili) telah ditemukan sebelum diumumkan, untuk mendirikan supremasi
universal kepausan sejak dari zaman permulaan. Dan sesuatu gereja yang
telah menolak kebenaran, dengan tamaknya menerima penipuan itu. (lihat
Lampiran).
Beberapa orang pembangun yang setia yang membangun di atas
dasar yang benar (1 Kor. 3:10,11) telah dibingungkan dan di hambat oleh
omong- kosong ajaran-ajaran palsu yang menghadang pembangunan itu. Sama
seperti para pembangun di atas tembok kota Yerusalem pada zaman
Nehemia, beberapa orang telah siap untuk mengatakan, "Kekuatan para
pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami
membangun kembali tembok ini" (Nehemia 4:10,14). Beberapa orang yang
dulunya pembangun yang setia menjadi tawar hati karena sudah letih,
karena sudah terus berjuang melawan penganiayaan, penipuan, kejahatan,
dan setiap hambatan lain yang dapat di buat oleh Setan untuk merintangi
kemajuan pembangunan itu. Dan demi ketenangan dan keamanan bagi harta
milik dan nayawa mereka, mereka meninggalkan dasar yang benar. Yang
lain, tidak gentar oleh perlawanan musuh-musuh mereka, tanpa takut
menyatakan, "Jangan kamu takut kepada mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang
maha besar dan dahsyat" (Nehemia 4:10,14). Dan mereka terus bekerja,
masing-masing dengan pedang di pinggang (Epesus 6:17).
Roh kebencian
yang sama dan perlawanan kepada kebenaran telah mengilhami musuh-musuh
Allah pada segala zaman, dan kewaspadaan serta kesetiaan yang sama di
butuhkan dari hamba-hamba-Nya. Kata-kata Kristus yang ditujukan kepada
murid-murid yang pertama itu dapat berlaku kepada para pengikut-Nya pada
akhir zaman, "Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua
orang: berjaga-jagalah" (Mark. 13:37).
Kegelapan tampaknya semakin
kelam. Penyembahan berhala telah menjadi semakin umum. Lilin-lilin
dinyalakan di depan patung-patung, dan doa-doa diucapkan kepada mereka.
Hal-hal yang paling tidak masuk akal dan kebiasaan takhyul meraja-lela.
Pikiran manusia sama sekali telah dikuasai oleh takhyul, sehingga
pertimbangan sehat tampaknya sudah hilang.Sementara imam-imam dan
bishop-bishop sendiri adalah orang-orang pecinta kepelesiran, penuh hawa
nafsu dan bejat, maka orang-orang yang meminta tuntunan dari mereka
akan tenggelam di dalam kebodohan dan kejahatan.
Kesombongan kepausan
telah maju selangkah lagi, pada waktu di abad kesebelas Paus Gregory
VII memproklamasikan kesempurnaan Gereja Roma. Di antara hal-hal atau
dalil-dalil yang ia kemukakan ialah antara lain menyatakan bahwa gereja
tidak pernah salah, atau tidak akan pernah salah, sesuai dengan Alkitab.
Tetapi bukti-bukti dari Alkitab tidak disertakan dalam pernyataan itu.
Paus yang angkuh itu juga menyatakan bahwa ia mempunyai kuasa untuk
memberhentikan para kaisar dan menyatakan bahwa tak seorangpun boleh
mengubah keputusan yang ia buat. Tetapi ia mempunyai hak istimewa untuk
mengubah keputusan-keputusan orang lain. (lihat Lampiran).
Suatu
gambaran yang menyolok mengenai sifat kekejaman paus yang tidak bisa
salah ini ialah perlakuannya terhadap kaisar Jerman, Henry IV. Karena di
duga mengabaikan kekerasan paus, raja ini diturunkan dari tahtanya dan
diasingkan. Takut oleh karena pembangkangan dan ancaman putranya sendiri
yang telah mendapat mandat kepausan untuk memberontak melawan dia,
Henry IV merasa perlu untuk mengadakan perdamaian dengan Roma. Bersama
isteri dan hamba-hambanya, ia melintasi pegunungan Alpen pada waktu
pertengahan musim dingin, agar supaya ia boleh merendahkan dirinya
dihadapan paus. Setelah tiba di istana Paus Gregory VII, ia telah di
tuntun keluar istana tanpa pengawal-pengawalnya. Dan di sana, di tempat
yang begitu dinginnya musin saju, tanpa penutup kepala dan alas kaki
dengan pakaian yang menyedihkan, ia menunggu izin paus untuk datang
menghadap. Setelah tiga hari terus menerus berpuasa dan membuat
pengakuan dosa, barulah paus mau memberikan pengampunan kepadanya.
Itupun hanya dengan syarat yang, kaisar harus menunggu sanksi dari paus
sebelum ia boleh memakai lambang kerajaan atau melakukan wewenang
kerajaan kembali. Dan Paus Gregory VII merasa berbahagia atas
kemenangannya dan menyombongkan diri bahwa adalah tugasnya untuk
mencabut kesombongan raja-raja.
Betapa besar perbedaan antara
kesombongan yang sok mau berkuasa dari paus yang angkuh ini dengan
kerendahan hati dan kelemah-lembutan Kristus yang menggambarkan diri-Nya
sendiri memohon di pintu hati untuk masuk, agar Ia boleh masuk membawa
pengampunan dan damai. Dan yang telah mengajar murid-murid-Nya, "Barang
siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu" (Matius 20:27).
Pada abad-abad berikutnya semakin banyak
kesalahan yang ditemukan di dalam ajaran (doktrin) yang dikeluarkan oleh
Roma. Bahkan sebelum terbentuknya kepausan, pengajaran para filsuf
kafir telah mendapat perhatian dan telah menanamkan pengaruhnya di dalam
gereja. Banyak orang yang mengaku bertobat masih tetap bergantung
kepada faham falsafah kekafiran mereka. Dan bukan saja mereka terus
mempelajarinya, tetapi menganjurkannya kepada orang lain sebagai sarana
untuk memperluas pengaruh mereka di antara orang kafir. Dengan demikian
kesalahan yang serius telah dimasukkan ke dalam kepercayaan Kristen.
Salah satu yang menonjol ialah kepercayaan mengenai kekekalan alamiah
manusia dan kesadarannya di dalam kematian. Doktrin inilah yang menjadi
dasar Roma memanggil di dalam doa orang-orang kudus yang telah meninggal
dunia dan pemujaan kepada Perawan Maria. Dari kepercayaan ini muncul
pula kepercayaan yang menyimpang mengenai penyiksaan yang kekal bagi
orang-orang yang tidak mengakui dosa-dosanya, suatu kepercayaan yang
pada mulanya telah digabungkan kepada kepercayaan kepausan.
Kemudian,
jalan telah dipersiapkan bagi masuknya ciptaan kekafiran yang lain,
yang Roma sebut purgatori (api penyucian), dan digunakan untuk
menakut-nakuti orang-orang yang mudah percaya da berpegang kepada
takhyul. Dengan ajaran kepercayaan yang menyimpang ini memperkuat adanya
tempat penyiksaan, di tempat mana jiwa-jiwa yang belum tergolong ke
dalam kutukan kekal harus menderita hukuman atas dosa-dosanya, dan dari
tempat ini juga, setelah dibersihkan dari kekotoran, mereka diterima
masuk ke surga (lihat Lampiran).
Masih diperlukan suatu buat-buatan
lain untuk menyanggupkan Roma memperoleh keuntungan dari ketakutan dan
sifat buruk pengikut-pengikutnya. Hal ini ialah doktrin (ajaran)
pengampunan dosa. Pengampunan penuh dosa-dosa masa lalu, masa kini dan
masa yang akan datang, dan pembebasan dari semua kesakitan dan hukuman
dijanjikan bagi semua mereka yang mau mendaftarkan diri berperang
bersama paus untuk melebarkan kekuasaannya, untuk menghukum
musuh-usuhnya, atau untuk membasmi mereka yang berani menyangkal
supremasi spiritual kepausan. Orang-orang juga di ajar bahwa dengan
membayar sejumlah uang kepada gereja mereka boleh membebaskan diri dari
dosa, dan juga membebaskan jiwa teman-teman mereka yang sudah meninggal
yang telah dimasukkan ke dalam api penyiksaan. Dengan cara ini Roma
mengisi peti perbendaharaannya, dan mempertahankan kebesaran dan
kemewahannya, dan sifat buruk yang seolah-olah wakil Dia yang tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. (lihat Lampiran).
Peraturan
upacara perjamuan kudus Tuhan yang berda sarkan Alkitab telah
digantikan dengan upacara misa yang bersifat penyembahan berhala.
Imam-iman kepausan berpura-pura, oleh penyamaran tak berperasaan, untuk
mengubah roti dan anggur sederhana itu menjadi "tubuh dan darah
Kristus." -- Cardinal Wiseman's Lectures on "The Real Presence," Lecture
8, sec. 3, par. 26. Dengan hujatan lancang mereka mengatakan bahwa
mereka mempunyai kuasa penciptaan Allah, Pencipta segala sesuatu.
Orang-orang Kristen di paksa, di siksa sampai mati, untuk mengakui
terus-terang iman mereka dalam kemurtadan yang mengerikan dan
menghinakan surga. Mereka yang menolak telah dilemparkan ke dalam nyala
api.(lihat Lampiran).
Pada abad ketigabelas, telah ditetapkan suatu
alat kepausan yang paling mengerikan dari semua, yang di sebut
"Inkuisisi" (Pemeriksaan). Raja kegelapan bekerja-sama dengan para
pemimpin kepausan. Dalam rapat-rapat (konsili) rahasia mereka, Setan
dengan malaikat-malaikatnya mengendalikan pikiran orang-orang jahat,
sementara di tengah-tengah berdiri tidak kelihatan malaikat-malaikat
Allah, mencatat dengan teliti keputusan-keputusan jahat dan kejam
mereka, dan menuliskan sejarah perbuatan mereka yang sangat mengerikan
bagi mata manusia. "Babilon yang besar" telah "mabuk karena meminum
darah orang-orang kudus." Berjuta-juta orang yang mati syahid (martir)
yang telah diremukkan, berseru-seru kepada Allah memohon pembalasan atas
kuasa yang murtad itu.
Kepausan telah menjadi raja dunia yang lalim
dan sewenang-wenang. Raja-raja dan kaisar-kaisar tunduk kepada dekrit
kepausan Roma. Nasib manusia, baik sekarang maupun selama-lamanya,
tampaknya ada dalam pengendalian dan kekuasaannya. Selama beratus-ratus
tahun ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin Roma telah di terima secara
luas dan mutlak. Upacara-upacaranya dilakukan dengan khidmat, hari-hari
rayanya dirayakan secara umum. Pastor-pastornya dihormati dan di dukung
dengan limpahnya. Tidak pernah seperti itu sebelumnya. Gereja Roma
memperoleh kewibawaan, keagungan atau kuasa yang lebih besar.
Akan
tetapi, "tengah hari kepausan adalah tengah malam bagi dunia ini." --
Wylie, "History of Protestantism," book 1, chap.4. Alkitab yang Suci
hampir tidak di kenal lagi, bukan saja oleh orang-orang biasa, tetapi
juga oleh imam-imam. Seperti orang-orang Farisi zaman dahulu kala, para
pemimpin kepausan membenci terang itu yang akan menyatakan dosa-dosa
mereka. Hukum Allah, ukuran kebenaran itu, telah di tolak. Mereka
menjalankan kekuasaan tanpa batas, dan melakukan kejahatan tanpa
rintangan. Penipuan, keserakahan dan ketidak-bermoralan merajalela
dimana-mana. Orang-orang dengan leluasa melakukan kejahatan, dengan mana
ia bisa memburu harta atau mendapat kedudukan.
Istana-istana paus
dan para pejabat tinggi gereja telah menjadi tempat pesta-pora dan
kebejatan moral yang paling memalukan dan menjijikkan. Beberapa pejabat
kepausan yang sedang berkuasa telah melakukan kejahatan sehingga
pemerintah-pemerintah sekular memberontak berusaha menyingkirkan
pejabat-pejabat gereja yang bertindak bagaikan binatang buas, yang
terlalu menjijikkan untuk di toleransi. Selama berabad-abad Eropah tidak
mengalami kemajuan dalam pendidikan, seni dan kebudayaan. Kelumpuhan
moral dan intelektual telah menimpa Kekristenan.
Keadaan dunia di
bawah kekuasaan Romawi menyatakan kegenapan nubuatan nabi Hosea yang
menakutkan, "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena
engkaulah yang menolak pengenalan itu, maka Aku menolak engkau menjadi
imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga
akan melupakan anak-anakmu." ". . . sebab tidak ada kesetiaan dan tidak
ada kasih dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri itu. Hanya
mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan
dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah" (Hosea 4: 6, 1, 2).
Semuanya itu adalah akibat dari meniadakan firman Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar